Senin, 18 Desember 2017

MAKALAH KONSEP MESJID DIZAMAN RASULULLAH



                     KONSEP MESJID DIZAMAN RASULULLAH
                 DI TULIS UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH MANAGEMEN MESJID
                  Dosen Pembimbing : Ust.Dr.Misbahul Anam, M.Pd.I
DI SUSUN OLEH         : AZRIN
SMESTER                     : VA

SEKOLAH TINGGI ILMU DAKWAH MOHAMMAD NATSIR
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
T.A 2017/2018

KATA PENGANTAR

                  Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang konsep mesjid dizaman Rasulullah.

            Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
   
              Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
   
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang konsep mesjid dizaman Rasulullah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
   
                                                                                  Bekasi, 18  MarDesember 2017


   
                                                                                              Penyusun












PEMBAHASAN


A.GAMBARAN UMUM MESJID DIZAMAN RASULULLAH SAW.
1.KONSEP UTAMA DALAM PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN
    Keseimbangan hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam, rahmat bagi selain alam.
            Konsep ini benar-bnera di aplikasi kan Rasulullah Saw. Di dalam mesjid Nabawi karena ketiga hal tersebut merupaka ajaran islam, yakni bagaimana setiap muslim bisa menyeimbangkan antara ibadah kepada Allah dengan urusan muamalah dengan sesama manusia sehingga menjadi rahmatalil alamin.[1]

2.KONSEP ARSITEKTUR
             Arsitektur merupakan seni paling awal yang selalu menjadi representasi utama seni sebuah bangunan. Seni arsitektur yang nilainya lebih tinggi dari bangunan biasa dapat dilihat pada tempat ibadah. Dalam Islam, seni arsitektur menemukan ekspresinya yang tertinggi ketika ia diaplikasikan dalam arsitektur masjid.

Masjid, selain sebagai bangunan sentral dalam Islam untuk beribadah, juga berperan sebagai sebuah ruang pertemuan besar, forum politik, serta ruang pendidikan. Kebutuhan untuk shalat berjamaah secara fisik telah terpenuhi dengan tersedianya masjid lengkap dengan tempat beribadah dan berandanya yang beratap, tempat wudhu, mimbar, dan mihrab. Sedangkan, kebutuhan politis terpenuhi dengan adanya gambar dan hiasan yang indah.

      Arsitektur masjid menjadi refleksi hubungan antar ras dan hubungan internasional dalam sejarah perkembangan peradaban Islam ketika itu. Dapat dikatakan, arsitektur masjid merupakan contoh yang jelas untuk melukiskan perpaduan budaya antara Islam dan daerah sekitar tempat masjid itu berdiri. Selain dipengaruhi oleh budaya daerah setempat, seni arsitektur masjid juga dipengaruhi oleh bahan baku yang tersedia saat itu di wilayah tersebut, yaitu batu, batu bata, ataupun tanah liat.

Phillip K Hitty dalam bukunya, His tory of the Arabs, mengatakan, Masjid Nabawi di Madinah merupakan prototipe umum arsitektur mas jid-masjid besar pada abad pertama Islam. Arsitektur masjid ini se derhana, hanya terdiri dari pelataran terbuka yang dikelilingi oleh dindingdinding yang terbuat dari tanah liat yang dikeringkan. Untuk menghalangi sinar matahari, ditambahkan atap untuk menutup seluruh ruang yang terbuka. Atap tersebut terbuat dari batang pohon kurma yang juga dimanfaatkan sebagai tiang pe nyangga.

Tak hanya itu, batang kurma juga diletakkan di atas tanah yang kemudian digunakan Nabi Muhammad sebagai mimbar. Pada awalnya, mimbar merupakan tempat duduk yang ditinggikan atau singgasana yang digunakan oleh penguasa dan tidak terkait dengan peribadatan. Namun, dalam perkembangan arsitektur Is lam, khususnya masjid, mimbar dijadikan sebagai tempat untuk me nyampaikan khutbah dan hal ter sebut dimulai dari Masjid Nabawi.

     Tidak lama menggunakan batang pohon kurma, Nabi Muhammad kemudian mengganti mimbar dengan sebuah podium dari kayu cedar bertangga tiga. Dari bangunan Masjid Nabawi yang sederhana, gambaran umum arsitektur sebuah masjid terdiri dari tiga hal, yaitu beranda atau pelataran, atap, dan mimbar.[2]
2.KONSEP TATA RUANG
Adapun konsep tata ruang yang di ambil adalah konsep dari tata ruang mesjid nabawi.
1.Mesjid Nabawi memiliki desain zonasi ruang yang fleksibel. Felesibelitas ini merupakan bentuk adaptasi dari bnyaknya aktivitas ibadah dan muamalah yang dilakukan dalam mesjid  yang memiliki sembilan zona : Zona publik, Mihrab, Ahlussufah, jamaah wanita, Ja,aah pria, Itikaf Nabi Saw.  itikaf istri – istri Nabi saw., Zona perawatan  korban perang, Zona tenda Tamu.
2.Mesjid nabawi memiliki bentuk adaptasi yang baik terhadap kondisi alam dan kebiasaan kaum muslimin madinah. Beberapa di antaranya kebiasaan meludah di dalam mesjid dan bahkan arab badui yang kencing didalam mesjid, bentuk adaptasi adalah dengan membiarkan lantai aslinya berbentuk tanah  karean bersifat suci mensucikan  sehingga dapat mensucikan kotoran dan dapat bertayamum.
3.Pemilahan Jalur sirkulasi jamaah pria dan wanita.
4. Dibangun dengan tiga konsep kesederhanaan yaitu kesederhanaan material, bentuk, dan tata ruang.
5.Pembangunan bedasarkan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Yang memiliki enam tahapan :
a.Menetapkan sutrah
b.Membangun dinding
c.Membangun Rumah Nabi Saw.
d.memberi atap area ahlussuffah.
e.memberi atap area shalat
f.Memperluas masjid.[3]



                    


3.KONSEP FUNGSIONAL MESJID
             Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah Saw. adalah Masjid Quba', kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama tentang masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid yang dibangun atas dasar takwa (QS Al-Tawbah [9]: 108), yang jelas bahwa keduanya--Masjid Quba dan Masjid Nabawi-- dibangun atas dasar
ketakwaan, dan setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga mereka sebut masjid, dan menjadikan lokasi itu tempat pembuangan samph dan bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi masjid yang sebenarnya, yakni ketakwaan. Al-Quran melukiskan bangunan kaum munafik itu sebagai berikut
.
              

 ”Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang Mukmin) dan karena
kekafiran-(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin, serta menunggu/mengamat-amati kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu ”
(QS Al-Tawbah [9]: 107).

Masjid Nabawi di Madinah telah menjabarkan fungsinya sehingga
lahir peranan masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatat
tidak kurang dari sepuluh peranan yang telah diemban oleh
Masjid Nabawi, yaitu sebagai:

1. Tempat ibadah (shalat, zikir).
2. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya).
3. Tempat pendidikan.
4. Tempat santunan sosial.
5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.
6. Tempat pengobatan para korban perang.
7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
8. Aula dan tempat menerima tamu.
9. Tempat menawan tahanan, dan
10. Pusat penerangan atau pembelaan agama.

Agaknya masjid pada masa silam mampu berperan sedemikian luas,
disebabkan antara lain oleh:

1. Keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang teguh kepada
nilai, norma, dan jiwa agama.

2. Kemampuan pembina-pembina masjid menghubungkan kondisi
sosial dan kebutuhan masyarakat dengan uraian dan kegiatan
masjid.

Manifestasi pemerintahan terlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi-pribadi pemimpin pemerintahan yang menjadi imam/khatib maupun di dalam ruangan-ruangan masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan pemerintahan dan syura (musyawarah).

Keadaan itu kini telah berubah, sehingga timbullah lembaga-lembaga baru yang mengambil-alih sebagian peranan masjid di masa lalu, yaitu organisasi-organisasi keagamaan swasta dan lembaga-lembaga pemerintah, sebagai pengarah kehidupan duniawi dan ukhrawi umat beragama. Lembaga-lembaga itu memiliki kemampuan material dan teknis melebihi masjid.

Fungsi dan peranan masjid besar seperti yang disebutkan pada masa keemasan Islam itu tentunya sulit diwujudkan pada masa kini. Namun, ini tidak berarti bahwa masjid tidak dapat berperanan di dalam hal-hal tersebut.

Masjid, khususnya masjid besar, harus mampu melakukan kesepuluh peran tadi. Paling tidak melalui uraian para pembinanya guna mengarahkan umat pada kehidupan duniawi dan ukhrawi yang lebih berkualiti.

Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria, wanita, yang terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya dan miskin.[4]
         Setelah Nabi Muhammad saw hijrah dari Mekah ke Madinah, yang pertama dilakukan Nabi adalah membangun Masjid Quba. Tidak lama setelah itu, dibangun Masjid Nabawi. Bangunan fisik masjid zaman itu masih sangat sederhana.
      Setelah Nabi Muhammad saw hijrah dari Mekah ke Madinah, yang pertama dilakukan Nabi adalah membangun Masjid Quba. Tidak lama setelah itu, dibangun Masjid Nabawi. Bangunan fisik masjid zaman itu masih sangat sederhana. Lantainya tanah, dinding dan atapnya pelepah kurma. Namun demikian, masjid memainkan peranan yang sangat signifikan dan menjalankan multifungsi dalam pembinaan umat.

        Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah mahdhah, seperti salat dan zikir. Tetapi masjid juga sebagai tempat pendidikan, tempat pemberian santunan sosial, tempat latihan militer dan persiapan perang, tempat pengobatan para korban perang, tempat mendamaikan dan menyelesaikan sengketa, tempat menerima utusan delegasi/tamu, sebagai pusat penerangan dan pembelaan agama.

            Berawal dari pembinaan yang dilakukan Rasulullah di masjid, lahirlah tokoh-tokoh yang berjasa dalam pengembangan Islam ke seantero dunia. Contohnya, Abu Bakar Shiddiq, Umar bin al-Khatab, Usman bin ‘Affan, Ali bin Abi Thalib, dan lain-lain.

       Ini artinya, selain sebagai tempat salat dan berzikir, masjid juga berperan sebagai tempat pendidikan dan pengajaran. Di masjid, Nabi mendidik para sahabatnya dan mengajarkan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Di Masjid, dilatih para da’i untuk kemudian dikirim ke berbagai daerah mengajarkan Islam kepada penduduknya. Masjid pun menjadi pusat berkembangnya ilmu-ilmu keislaman. Misalnya, Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, yang terkenal itu. Pada mulanya merupakan kegiatan belajar di Masjid al-Azhar yang dibangun pada masa dinasti Fatimiyah.

Masjid Nabawi di Madinah dahulunya berperan sebagai pusat kegiatan sosial. Bahkan di Masjid dibuat sebuah tenda tempat memberi santunan uang dan makanan kepada fakir miskin. Masalah pernikahan, perceraian, perdamaian dan penyelesaian sengketa masyarakat juga diselesaikan di masjid. Orang-orang yang terluka dalam peperangan juga diobati di masjid. Di masjid pula Nabi memberi pengarahan dan instruksi kepada para tentara yang dikirim ke suatu tempat untuk berjihad.

Masjid pun digunakan sebagai tempat bertemunya pemimpin (pemerintah) dengan rakyatnya. Bermusyawarah membicarakan berbagai kepentingan bersama. Di masjid juga Nabi menerima delegasi dari luar negeri dan mengirim utusannya ke luar negeri. Di masjid, para sahabat berlatih berperang dengan disaksikan oleh Nabi Muhammad. Selain itu, masjid juga sebagai pusat kegiatan-kegiatan ekonomi. Di masjid, dibangun baitul maal, dihimpun harta dari orang-orang kaya kemudian didistribusikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan uluran dana lainnya.[5] 
    Mesjid yang dibangun Rasulullah Saw. Bukan hanya berfungsi sebagai tempat shalat saja , namun memiliki beberapa funsi yang lain :
1.Sebagai sekolahan bagi orang-orang muslimin untuk menerima pengajaran dan bimbingan-bimbingan lainnya.
2.Sebagai balai pertemuan dan tempay untuk memepersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan di masa jahiliyah
3.Tempat mengatur segala urusan dan sekaligus sebagai gedung perlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan.
4.Berfunsi sebagai tempat tinggal orang- orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki harta , tidak mempunyai kerabat dan masih bujangan dan belum berkeluarga.[6]














                                                          DAFTAR PUSTAKA


http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=80568&mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=html
http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/10/27/nwvep2313-seperti-apa-gaya-arsitektur-masjid-di-masa-rasulullah
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=80568&mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=html
http://mediambr.tripod.com/pustaka/masarasul.htm
http://www.daaruttauhiid.org/artikel/read/global/265/mengenang-fungsi-masjid-di-zaman-rasulullah.html
Shafiyyurahman al mubarakfury, ar rahikul makhtum




[1]http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=80568&mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=html
[2] http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/10/27/nwvep2313-seperti-apa-gaya-arsitektur-masjid-di-masa-rasulullah
[3]http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?act=view&buku_id=80568&mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&typ=html
[4] http://mediambr.tripod.com/pustaka/masarasul.htm
[5] http://www.daaruttauhiid.org/artikel/read/global/265/mengenang-fungsi-masjid-di-zaman-rasulullah.html
[6] Shafiyyurahman al mubarakfury, ar rahikul makhtum

Senin, 11 Desember 2017

MAKALAH SEJARAH ORGANISASI MAJELIS TAFSIR AL QURAN


BY : AZRIN
 MAJELIS TAFSIR AL QURAN



Pendirian dan Kedudukan
logo-mta-whiteYayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Surakarta adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA didirikan oleh Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tanggal 19 September 1972.
Latar Belakang Pendirian
Ustadz Abdullah Thufail Saputra, seorang mubaligh yang karena profesinya sebagai pedagang mendapat kesempatan untuk berkeliling hampir ke seluruh Indonesia (kecuali Irian Jaya) dan melihat bahwa kondisi umat Islam di Indonesia tertinggal karena umat Islam di Indonesia kurang memahami Al-Qur’an.
23-al-ustad-abdullah-thufail-saputra-pendiri-mta
Oleh karena itu, sesuai dengan ucapan Imam Malik bahwa umat Islam tidak akan dapat menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan umat Islam baik pada awalnya, yaitu Al-Qur’an. Ustadz Abdullah Thufail Saputra yakin bahwa umat Islam Indonesia hanya akan dapat melakukan emansipasi apabila umat Islam Indonesia mau kembali ke Al-Qur’an. Demikianlah, maka Ustadz Abdullah Thufail Saputra pun mendirikan MTA sebagai rintisan untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an.
TUJUAN
Tujuan didirikannya MTA adalah untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam bidang sosial dan keagamaan, seperti penyelenggaraan pendidikan formal dan non-formal dan penyelenggaraan berbagai kegiatan pengajian dan pendirian lembaga pendidikan keagamaan yang terkait. Tujuan tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an dengan tekanan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
22-kajian-jihad-pagi-ahad
BADAN HUKUM
Sebagai lembaga dakwah yang independen MTA tidak ingin menjadi underbouw dari organisasi massa atau organisasi politik manapun. Bahkan MTA tidak menghendaki berubah menjadi organisasi massa atau organisasi politik.
2-sby
Namun MTA juga tidak ingin menjadi lembaga yang bersifat ilegal. Untuk itu secara resmi, MTA didaftarkan sebagai lembaga berbadan hukum dalam bentuk yayasan dengan akta notaris R. Soegondo Notodisoerjo Notaris di Surakarta nomor 23 tahun 1974.
Kemudian untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2004 tentang yayasan, MTA didaftarkan kembali sebagai yayasan dengan akta notaris Budi Yojantiningrum, SH, Notaris di Karanganyar, nomor 01 tanggal 6 September 2006, dan disahkan oleh Menkum dan HAM dengan Keputusan Menteri No. C-2510.HT.01.02.TH 2006, yang ditetapkan tanggal 03 November 2006 dan tercatat dalam Berita Negara Tanggal 27 Februari 2007, No. 17.
Kemudian susunan pengurus diubah lagi dengan Akta Perubahan Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an Surakarta nomor 02, tanggal 08 Februari 2011, dibuat oleh Sri indriyani, S.H., Notaris di Boyolali.
STRUKTUR LEMBAGA
Struktur MTA sebagai lembaga terdiri atas pusat, perwakilan, dan cabang. MTA pusat berkedudukan di Surakarta. Perwakilan MTA berkedudukan di tingkat kota/kabupaten. Cabang MTA berkedudukan di tingkat kecamatan. Dengan diresmikannya 109 perwakilan dan cabang pada Silatnas 27 Desember 2015, maka jumlah perwakilan dan cabang menjadi 539 tersebar dari Aceh hingga Merauke.
5-lokasi-kajian
4-lokasi-kajian
KEGIATAN
1. Pengajian
Sesuai dengan tujuan pendirian MTA, yaitu untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an, kegiatan utama di MTA berupa pengajian Al-Qur’an. Pengajian Al-Qur’an ini dilakukan dalam berbagai pengajian yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengajian khusus dan pengajian umum.
A. Pengajian khusus
Pengajian khusus adalah pengajian yang siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah peserta) terdaftar dan setiap masuk dicatat kehadirannya (tertib presensi). Pengajian khusus ini diselenggarakan seminggu sekali, baik di pusat maupun di perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang, dengan guru pengajar yang dikirim dari pusat atau yang disetujui oleh pusat.
6-lokasi-kajianDi perwakilan-perwakilan atau cabang-cabang yang tidak memungkinkan dijangkau satu minggu sekali, kecuali dengan waktu yang lama dan tenaga serta biaya yang besar, pengajian yang diisi oleh pengajar dari pusat diselenggarakan satu bulan sekali, bahkan ada yang diselenggarakan satu semester sekali.
Perwakilan-perwakilan dan cabangcabang yang jauh dari Surakarta ini menyelenggarakan pengajian seminggu sekali sendiri-sendiri. Konsultasi ke pusat dilakukan setiap saat melalui media komunikasi yang ada. Materi yang diberikan dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang lain, baik karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi.
Proses belajar mengajar dalam pengajian khusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan tanya jawab. Guru pengajar menyajikan materi yang dibawakannya kemudian diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Dengan tanya jawab ini pokok bahasan dapat berkembang ke berbagai hal yang dipandang perlu. Dari sinilah, kajian tafsir Al-Qur’an dapat berkembang ke kajian aqidah, kajian syareat, kajian akhlak, kajian tarikh, dan kajian masalahmasalah aktual sehari-hari.
Dengan demikian, meskipun materi pokok dalam pengajian khusus ini adalah tafsir AlQur’an, tidak berarti cabang-cabang ilmu agama yang lain tidak disinggung. Bahkan, sering kali kajian tafsir hanya disajikan sekali dalam satu bulan dan apabila dipandang perlu kajian tafsir untuk sementara dapat diganti dengan kajian-kajian masalah-masalah lain yang mendesak untuk segera diketahui oleh siswa.
11-perpustakaan-mta
Di samping itu, pengkajian tafsir Al-Qur’an yang dilakukan di MTA secara otomatis mencakup pengkajian Hadits karena ketika pembahasan berkembangan ke masalah-masalah lain mau tidak mau harus merujuk Hadits. Dari itu semua dapat dilihat bahwa yang dilakukan di MTA bukanlah menafsirkan Al-Qur’an, melainkan mengkaji kitab-kitab tafsir yang ada dalam rangka pemahaman Al-Qur’an agar dapat dihayati dan selanjutnya diamalkan.
B. Pengajian Umum
Pengajian umum adalah pengajian yang dibuka untuk umum, siswanya tidak terdaftar dan tidak dicatat kehadirannya (tidak ada tertib presensinya).
Materi pengajian lebih ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalam pengamalan agama sehari-hari. Pengajian umum ini diselenggarakan satu minggu sekali pada hari Minggu pagi (Pengajian Umum Ahad Pagi), bertempat di Gedung MTA Jl. Ronggowarsito No. 111 A Surakarta yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 8 Maret 2009.
3-sby
Setiap minggu tidak kurang 7000 orang dari berbagai penjuru hadir mengikuti Jihad Pagi dengan tertib. Tokoh-tokoh nasional yang pernah hadir mengisi Pengajian Ahad Pagi dan bersilaturahim di MTA adalah :
  • 1. Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A. (Wamen Agama RI. Kabinet Indonesia Bersatu)
  • 2. Dr. (HC) HM. Hatta Rajasa. (Menko Ekuin. Kabinet Indonesia Bersatu)
  • 3. Dr. (HC) Dahlan Iskan (Menteri BUMN. Kabinet Indonesia Bersatu)
  • 4. Ir.H.Azwar Abubakar MM (Menpan & RB. Kabinet Indonesia Bersatu)
  • 5. H. Marzuki Alie, SE.MM (Ketua DPR. Periode 2009-2014)
  • 6. KH. Ahmad Cholil Ridwan, LC. (MUI Pusat. Periode 2010-2015)
  • 7. Irjen Pol (purn) Dr. H. Anton Tabah (MUI Pusat 2010-2015)
  • 8. KH. Muhyiddin Junaidi, LC, MA (MUI Pusat 2010-2015)
  • 9. KH. Syuhada Bahri, LC (MUI Pusat 2010-2015)
  • 10. Prof. Dr. KH. Muhammad Amin Suma, SH, MM, MA (MUI Pusat 2010-2015)
  • 11. Dr. Amrulah Ahmad (MUI Pusat. 2010-2015)
  • 12. Dr. Amisyah Tambunan, MA (MUI Pusat 2010-2015)
  • 13. Prof. Dr. H. M. Amin Rais (Tokoh Ulama)
  • 14. Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, Msi (Tokoh Ulama)
  • 15. Dr. Mohammad Syafei Antonio (Tokoh Ulama)
  • 16. Mahendradata, SH, MA, MH, PhD (TPM Pusat)
9-hatta-rajasa 10-amrullah-ahmad-mui-pusat
Kegiatan pengajian baik pengajian, khusus atau pengajian umum dilengkapi dengan sarana perpusatakaan yang sangat lengkap di Gedung Pusat Jl. Ronggowarsito 111 A Surakarta yang berisi kitab-kitab Tafsir dari berbagai ulama tafsir dunia dan kitab-kitab hadits dari berbagai ulama hadits ternama serta kitab-kitab lainnya baik hardcopy ataupun softcopy.
gedung-ahad-pagi-mta-soloGbr. Gedung Pengajian Ahad Pagi
2. Pendidikan
Pengamalan Al-Qur’an membawa ke pembentukan kehidupan bersama berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Kehidupan bersama ini menuntut adanya berbagai kegiatan yang terlembaga untuk memenuhi kebutuhan anggota.
12-sdit-smp-sma-mta
Salah satu kegiatan terlembaga yang dibutuhkan oleh anggota adalah pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itulah, di samping pengajian, MTA juga menyelenggarakan pendidikan, baik formal maupun non-formal.
13-sdit-smp-sma-mta
A. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yang telah diselenggarakan terdiri atas TK, SD, SMP. dan SMA. Tujuan dari penyelenggaraan pendidikan formal ini adalah untuk menyiapkan generasi penerus yang cerdas dan berakhlak mulia.
Oleh karena itu, di samping memperoleh pengetahuan umum berdasar kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional, pendidikan formal juga memperoleh pelajaran diniyah.
14-sdit-smp-sma-mta
Di samping diberi pelajaran diniyah, untuk mencapai tujuan tersebut siswa SMP dan SMA juga diberi bimbingan dalam beribadah dan bermu’amalah. Untuk itu, para siswa SMP dan SMA yang memerlukan asrama diwajibkan tinggal di asrama yang disediakan oleh sekolah.
Dengan tinggal di asrama yang dikelola oleh sekolah dan yayasan, siswa SMP dan SMA dapat dibimbing dan diawasi agar dapat mengamalkan pejaran diniyah dengan baik. Alhamdulillah, sampai pada saat ini, baik SMP maupun SMA berhasil meraih prestasi akademis yang cukup menggembirakan.
Oleh karena prestasinya itu, SMA MTA masuk ke dalam daftar lima puluh SMA Islam unggulan se-Indonesia. Di samping itu, siswasiswa yang melakukan kenakalan yang umum dilakukan oleh remaja-remaja dapat dideteksi dan selanjutnya dibimbing semaksimal mungkin untuk menghentikan kenakalan-kenakalannya.
B. Pendidikan non-formal
Pendidikan non-formal diselenggarakan oleh MTA untuk memberi bekal siswa/peserta MTA berupa pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan. Adapun pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh MTA antara lain TPA, PAUD, Lembaga Pendidikat Tahsin (LPT).
Disamping itu, berbagai kursus insidental sering diselenggarakan oleh MTA Pusat, misalnya kursus kepenulisan, kewartawanan dan kursus bahasa.
3. Kegiatan Sosial
Kehidupan bersama yang dijalin di MTA tidak hanya bermanfaat untuk warga MTA sendiri, melainkan juga untuk masyarakat pada umumnya.
17-donor-darah-sar-mta
Dengan kebersamaan yang kokoh, berbagai amal sosial dapat dilakukan. Amal sosial tersebut antara lain adalah donor darah, kerja bakti bersama dengan Pemda dan TNI, pemberian santunan berupa sembako, pakaian, dan obat-obatan kepada umat Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang sedang tertimpa musibah, dan sebagainya.
Donor darah, begitu juga kerja bakti bersama Pemda dan TNI, sudah mentradisi di MTA, baik di pusat mau pun di perwakilan dan cabang. Secara rutin tiga bulan sekali MTA, baik pusat maupun perwakilan, menyelenggarakan donor darah. Kini MTA memiliki tidak kurang dari 7.000 pedonor yang setiap saat dapat diambil darahnya bagi yang mendapat kesulitan untuk memperoleh darah dari keluarganya atau dari orang lain.
Selain itu, MTA aktif berpartisipasi membantu korban konflik dan bencana. Pada beberapa konflik sara dan politik di Solo, MTA menjadi dapur umum bagi korban konflik. Pada konflik sara di Ambon, MTA mengirim bantuan ke Ambon dan Tual. Pada berbagai bencana alam, MTA aktif berpartisipasi dengan mendirikan posko dan mengirim bantuan. Pada waktu terjadi banjir di Karawang, Pati, Gresik, Purworejo, Purwodadi, Kudus dan lokasi lain MTA mengirimkan bantuan makanan, obat-obatan, dan pakaian.
19-sar-mta
Pada waktu gempa dan tsunami di Aceh, MTA mendirikan Posko selama dua bulan. Begitu pula ketika terjadi gempa di DIY, Takengon Aceh, Padang. tanah longsor di Banjarnegara, letusan Gunung Merapi, MTA mengirim Tim SAR.
Kegiatan lain yang perlu dikemukakan adalah kegiatan penyembelihan hewan qurban pada hari raya Iedul Adha Kegiatan ini adalah kegiatan ibadah, namun memiliki dimensi sosial yang besar karena hewan qurban yang disembelih di MTA mencapai ribuan.
Pada hari raya Iedul Adha tahun 2015 mencapai 1205 ekor sapi dan 4099 ekor kambing yang disembelih selama empat hari (hingga hari tasyrik ketiga) di pusat. Pembagian daging hewan qurban tersebut yang sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun berjalan dengan tertib dan lancar.
[caption id="attachment_7090" align="aligncenter" width="726"]Satgas MTA dan Sar MTA Satgas MTA dan Sar MTA[/caption]
Begitu pula penyembelihan hewan qurban di perwakilan-perwakilan dan cabangcabang MTA di seluruh Indonesia bisa berjalan dengan tertib dan lancar.
Dalam memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, selama beberapa tahun terakhir, MTA membagikan sembako untuk anggota masyarakat sekitar kantor/majlis yang kurang beruntung di Kegiatan sosial yang dilakukan di seluruh perwakilan dan cabang MTA ini disebut dengan Paket Kemerdekaan.
Tujuan dari kegiatan sosial ini adalah agar pada hari kemerdekaan RI anggota masyarakat di sekitar kantor/majlis dapat merasakan kemaslahatan dari kemerdekaan. Pada Tahun 2015 ini telah dibagikan paket kemerdekaan sebanyak 15.885 Paket senilai lebih dari 1 Milyar Rupiah.
4. Kepemudaaan
Kegiatan MTA yang semakin banyak, baik kegiatan internal MTA mau pun kegiatan eksternal seperti pemberian bantuan kepada korban bencana, MTA membutuhkan Satuan Tugas.
21-deklarasi-mta-pemudaMaka pada tahun 2002, Satgas MTA dibentuk, dikukuhkan oleh Ketua MUI Prof. Dr. HM. Din Syamsuddin, MA di alun-alun utara Kraton Surakarta. Untuk memberikan pelatihan baris-berbaris kepada Satgas MTA, MTA bekerjasama dengan Polresta Surakarta dan Koramil Pasarkliwon, Surakarta.
Bahkan sebagian dari Satgas MTA tersebut kini telah lulus pelatihan Satpam yang diselenggarakan Polresta Surakarta dan bekerja di beberapa instansi. Kegiatan rutin Satgas MTA adalah melakukan pengamanan dan pengaturan lalu lintas dalam berbagai pengajian akbar yang diselenggarakan oleh MTA atau MUI maupun umat Islam yang lain.
16-pelatihan-it-mta
Ketika terjadi bencana, Satgas MTA menjadi tulang punggung relawan MTA dalam memberikan bantuan kepada korban, seperti dalam penanganan banjir di Karawang, gempa dan tsunami di Aceh pada tahun 2004, gempa di Yogyakarta pada tahun 2006, dan erupsi Merapi pada tahun 2010.
Oleh karena bencana alam seolah sudah menjadi sesuatu yang rutin di Indonesia, maka partisipasi dalam penangan bencana ini perlu dilembagakan. Untuk itulah MTA membentuk tim SAR (Search And Rescue) yang mendapat pelatihan dari BASARNAS dan menjadi bagian dari BASARNAS.
16-bakti-sosial
SAR MTA inilah yang menjadi ujung tombak partisipasi MTA dalam penangan dampak erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010. Untuk semakin lebih menggiatkan kegiatan para pemuda MTA di berbagai Cabang dan perwakilan di seluruh Indonesia, maka perlu diwadahi melalui organisasi kepemudaan yang diberi nama Pemuda MTA yang dideklarasikan pada tanggal 7 Oktober 2012 di Stadion Manahan Surakarta yang dihadiri oleh Deputy Kemenpora Dr. Alfitra Salam, APU.
5. Ekonomi
Kehidupan bersama di MTA juga menuntut adanya kerjasama dalam pengembangan ekonomi. Untuk itu, di MTA diselenggarakan usaha bersama berupa simpan-pinjam. Dengan simpan-pinjam ini, siswa atau warga MTA dapat memperoleh modal untuk mengembangkan kehidupan ekonominya.
Di samping itu, siswa atau warga MTA biasa tukar-menukar pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang ekonomi. Seorang warga MTA yang belum mendapat pekerjaan atau kehilangan pekerjaan dapat belajar pengetahuan atau ketrampilan tertentu kepada siswa atau warga MTA yang lain sampai akhirnya dapat bekerja sendiri.
6. Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, MTA melakukan rintisan untuk dapat mendirikan sebuah rumah sakit yang diselenggarakan secara Islami.
Kini MTA telah dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan berupa Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin yang bernama Klinik Pratama MTA. Pada tahun 2015, Klinik Pratama MTA memperoleh penghargaan sebagai Pemenang Pertama Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Kategori Klinik Pratama Provinsi Jawa Tengah tahun 2015.
13-klinik-pratama-mta
Di samping itu, untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada siswa atau warga MTA dibentuk kader-kader kesehatan dari perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang MTA yang secara periodik mengadakan pertemuan.
7. Penerbitan, Komunikasi, dan Informasi
Penerbitan, komunikasi, dan informasi merupakan sendi-sendi kehidupan modern, bahkan juga merupakan sendisendi globalisasi. Untuk itu, MTA tidak mengabaikan bidang ini.
Dalam bidang penerbitan, MTA telah menerbitkan majalah bulanan dan buku-buku keagamaan serta materi pengajian yang disebut Brosur.
13-radio-televisi-mta-tv
Dalam bidang teknologi informasi, MTA telah merambah semua media informasi :
  • Media Online : website www.mta. or.id dan email : humas@mta.or.id
  • Radio FM : MTAFM & Persada FM sejak tahun 2007.
  • Radio Online : www.mtafm.com sejak tahun 2007
  • Radio Satelit : Telkom-1 Freq 3920 MHz, S/R 3000 Pol H tahun 2010
  • TV Teresterial : Ch. 52 UHF sejak tahun 2014
  • TV Online : www.mtatv.net sejak tahun 2010
  • TV Satelit : Telkom-1 Freq 3920 MHz, S/R 3000 Pol H tahun 2014
Dengan adanya media tersebut perkembangan dakwah MTA bisa meluas ke seluruh wilayah tanah air hingga ke manca negara.
13-dahlan-iskan-radio-televisi-mta-tv
KERJASAMA
Sudah menjadi kebiasaan MTA dalam mengadakan berbagai kegiatan selalu bekerjasama dengan instansi pemerintah atau swasta terkait lembaga-lembaga tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
  • Kerjasama Bidang Kesehatan seperti Pengobatan Gratis, Khitanan Masal, Bencana alam dengan PMI, Dinas Kesehatan, MER-C.
  • Kerjasama bidang Sosial seperti TMND, Operasi POLRI, Bencana Alam dengan TNI, POLRI, BASARNAS, BNPB
  • Kerjasama bidang Media Elektronik: RRI Solo, TVRI Jogja, Radio Purbowangi FM 104 MHz Gombong, Bidang Usaha KJKS air minum Kafur Radio Suara Kesuma FM 105.5 MHz Wonosobo, Radio Prima FM 90.8 MHz Cilacap, Radio Ash Shidiq FM 89.8 MHz Purwakarta, Radio Kharisma FM 91.6 MHz Pontianak.
  • Kerjasama bidang Media Cetak untuk menyampaikan tulisan-tulisan materi dakwah dengan Suara Merdeka, Solopos, Joglosemar dan Jateng Pos.
  • Kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam pengiriman ustadz atau da’i untuk memberikan kajian-kajian secara rutin atau isidentil seperti dengan Rumah Tahanan, Pemda atau Bupati Sukoharjo dan lain sebagainya.
  • Kerjasama dengan berbagai elemen umat islam baik di Solo maupun tingkat nasional untuk acara-acara kebersamaan umat islam atau tabligh akbar seperti dengan MUI Pusat, MUI Kota Surakarta, DDII, FPI, NU, Muhammadiyah, DSKS, FUI dan sebagainya.
penghargaan-donatur-rs-gaza-indonesia-mta2
SUMBER DANA
Banyak yang bertanya-tanya dengan heran, darimana MTA memperoleh dana untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya?
Isu yang pernah berkembang di masyarakat adalah bahwa MTA memperoleh dana dari luar negeri, isu lain mengatakan bahwa MTA memperoleh dana dari orpol tertentu.
Sesungguhnya, apabila umat Islam betul-betul memahami dan menghayati agamanya, keheranan semacam itu tidak perlu muncul.
13-tempat-kajian-mta-indonesia
Bahwa jihad merupakan salah satu sendi keimanan tidak ada yang meragukan, bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa jihad merupakan rukun Islam yang ke-enam.
Akan tetapi bahwa sesungguhnya jihad terdiri atas dua unsur, yakni jihad bi amwal dan jihad bi anfus, kurang dihayati.
Biasanya hanya jihad bi anfus saja yang banyak dikerjakan. Apabila jihad bi amwal dihayati dengan baik dan diamalkan, umat Islam tidak akan kekurangan dana untuk membiayai kegiatan-kegiatannya.
MTA membiayai seluruh kegiatannya sendiri karena warga MTA yang ingin berpartisipasi dalam setiap kegiatan harus berani berjihad bukan hanya bi anfus, akan tetapi juga bi amwal, karena memang demikianlah yang dicontohkan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya
PERKEMBANGAN
Ustadz Abdullah Thufail Saputra memimpin MTA selama 20 tahun kurang 4 hari. Beliau dipanggil ke rahmatullah pada tanggal 15 September 1992.
Ketika beliau meninggal, MTA sudah tersebar ke seluruh wilayah di Karesidenan Surakarta (sekarang Solo Raya) dan Semarang, bahkan sudah tersebar sampai di Lombok Barat, Jawa Timur, DIY, Bandung, dan Jakarta.
[caption id="attachment_6946" align="aligncenter" width="569"]SILATNAS 2015- Pimpinan Pusat MTA, Al Ustadz Dsr Ahmad Sukina berfoto bersama dengan tamu undangan dan pengurus cabang dan perwakilan, di sela-sela acara Silatnas MTA 2015 di Gelora Bung Karno Jakarta, Ahad (27/1/2015). SILATNAS 2015- Pimpinan Pusat MTA, Al Ustadz Dsr Ahmad Sukina berfoto bersama dengan tamu undangan dan pengurus cabang dan perwakilan, di sela-sela acara Silatnas MTA 2015 di Gelora Bung Karno Jakarta, Ahad (27/1/2015).[/caption]
Sepeninggal Ustadz Abdullah Thufail Saputra, MTA dipimpin Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina yang dipilih secara aklamasi oleh warga MTA. Dalam kepemimpinan Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, MTA semakin tumbuh subur berkembang ke berbagai penjuru Nusantara.
Saat diresmikannya 109 perwakilan dan cabang pada tanggal 27 Desember 2015 ini, perwakilan dan cabang MTA berjumlah 539 tersebar mulai dari Aceh hingga Merauke.
[embed]https://youtu.be/jm5FfLeWB-k[/embed]
PENUTUP
Gambaran secara singkat tentang MTA yang dipaparkan dalam profil ini mudah-mudahan dapat memberikan gambaran lengkap tentang MTA yang sudah berkembang pesat selama 41 tahun.
Namun yang berkehendak mengenal MTA lebih dekat dapat hadir dalam kajian-kajian MTA di seluruh Indonesia atau dapat langsung datang ke MTA Pusat di Jl. Ronggowarsito No. 111 A Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.

SOURCE : https://mta.or.id/sekilas-profil/



         Awalnya kajian MTA dilakukan di Masjid Marwah kelurahan Semanggi. Pesertanya hanya warga di sekitar Semanggi, dan beberapa orang dari wilayah sekitar Solo. Perkembangan MTA cukup pesat, terlihat dari berdirinya, cabang-cabang di beberapa daerah lain, seperti di kecamatan Nogosari (Boyolali), kecamatan Polan Harjo dan kecamatan Juwiring (Klaten), dan di kecamatan Gemolong (Sragen). Pekembangan berikutnya penyebaran MTA dilakukan oleh siswa-siswa yang sudah nyantri di MTA Pusat maupun di cabang-cabang. Mereka membentuk kelompok-kelompok pengajian di daerah asalnya masing-masing atau di perantauan. Mereka memiliki tanggung jawab dan kesadaran untuk menyebarkan ilmu walaupun tidak diinstruksikan. Setelah menjadi besar, kelompok-kelompok pengajian itu mengajukan permohonan ke MTA Pusat agar dikirim guru pengajar sehingga kelompok-kelompok pengajian itu pun menjadi cabang-cabang MTA yang baru. Dengan cara itu, tumbuh cabang-cabang baru. Ketika di sebuah kabupaten sudah tumbuh lebih dari satu cabang dan diperlukan koordinasi, maka dibentuklah perwakilan yang mengkoordinir cabang-cabang tersebut yang bertanggungjawab membina kelompok-kelompok baru sehingga menjadi cabang. MTA Pusat tidak pernah menggunakan strategi top down dalam membentuk dan meresmikan Perwakilan dan Cabang tapi secara buttom up.7
                 
                    Dalam perkembangannya MTA semakin mengukuhkan diri sebagai lembaga dakwah dengan berbagai aktivitasnya. Aktifitas pokok MTA yaitu menyelenggarakan kajian Islam secara rutin setiap minggu. Kegiatan tersebut dilaksanakan MTA Pusat, Perwakilan, Cabang dan Binaan. Pengajian MTA pusat telah berlangsung sejak tahun 1976. Pengajian tersebut dilaksanakan setiap ahad pagi bertempat di Kemlayan, Surakarta jam 07.30-10.00 WIB. Pengajian ini biasanya diikuti warga MTA dan juga elemen umat Islam yang berasal dari karesidenan Surakarta maupun daerah lain. Selain menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam pengajian, materi kajiannya diterbitkan dalam bentuk brosur ahad pagi.
MTA menanamkan pemahaman dalam diri kader, bahwa sebagai warga MTA dan bagian dari umat Islam mereka harus istikamah dalam mengkaji, memahami dan mengamalkan tuntunan Islam. Mereka harus mengamalkan Islam dalam level pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Iman menurut MTA adalah kesatuan antara perkataan, hati dan amal. Selain itu mereka berkewajiban pula mendakwahkan Islam kepada masyarakat yang dikelola dalam Pengajian Binaan MTA. Warga MTA diwajibkan membentuk kelompok belajar. Materi bahasannya yaitu mengulang pelajaran, mempelajari brosur, dan memecahkan masalah-masalah yang ada pada anggota kelompok dengan semangat kebersamaan dan persaudaraan Islam

ARTI DAN LAMBANG LOGO MTA

Arti dari Lambang Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA).Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an(MTA) mempunyai lambang berupa gambarkitab yang di atasnya terdapat Qura’an Surat al-Ishra>’ ayat 9 dan di bawahnyatertulis Qura’an Surat al-Hadid ayat 6.

Lambang tersebut memiliki arti:


1.Kitab yang berarti al-Qur’an sebagai kitab suci yang berisi firman allah
untuk dijadikan sebagai pedoman hidup umat Islam dalam menjalankan ajaran agama.
2.Quran Surat al-Ishra ayat 9:
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besarMaka ayat tersebut adalah al-Qur’anyang diwahyukan Allah kepadaNabi Muhammad digunakan sebagai petunjuk bagi manusia jalan yang lurus dan menjadi sumber rujukan bagi kehidupan manusia agar terhindar dari perbuatan yang menyimpang.
3.Qur’an Surat al-Hadid ayat 16:
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.


           
3.STRUKTUR ORGANISASI MTA

     Struktur Organisasi Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA).Suatu struktur atau lembaga dapat memperoleh keberhasilan dala mencapai tujuan apabila didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Mereka merencanakan mengorganisasikan (mengatur) menggerakkan atau mengendalikan sahingga masing-masing bidang dapatbekerja secara maksimal. Struktur Organisasi MTA Pusat Surakarta seperti lembaga organisasi pada umumnya dengan pucuk tertinggi dijabat oleh seorang ketua umum, lebih detailnya sebagai berikut:

Bagan 2.1; Struktur Organisasi MTA Pusat Surakarta

                
      Dalam struktur organisasi tersebut, kepengurusan MTA Pusat dan perwakilan/ cabang-cabangnya terdiri atas pengurus inti dan pengurus bidang.
      Pengurus inti terdiri atas ketua umum, ketua I dan II, sekretaris I dan II, bendahara I dan II. Adapun pengurus bidang terdiri atas bidang dakwah, bidang pendidikan, bidang sosial, bidang kepemudaan dan olahraga, bidang rumah tangga, bidang ekonomi, dan bidang kesehatan.Menurut fungsinya, ketua umum mempunyai tanggung jawab terhadapkeseluruhan kegiatan yayasan baik unnsur kedalam maupun unsur keluar. Ketua I dan II mempunyai tanggung jawab membantu tugas-tugas ketua umum apabila berhalangan atau karena sesuatu hal yang tidak melakukan tugasnya. Sekretaris mempunyai tanggung jawab tentang masalah administrasi secara keseluruhan. Bendahara mempunyai tanggung jawab mengelola dana dan penyimpanan keuangan pengeluaran dan pemasukan.Kepengurusan inti MTA Pusat Surakarta tahun 1999-2014.

Ketuaua umum            : Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Ketua I                                    : Suharto S.Ag
Ketua II                      : Dahlan Harjotaruno
Sekretaris I                  : Drs. Yoyok Mugiyatno,Msi
Sekretaris II                : Drs.Medi
Bendahara I                 : Mansyur Masyhuri
Bendahara II               : Sri Sadono

           Untuk alasan perubahan peraturan, semua organisasi yang berbentuk yayasan harus menyesuaikan dengan peraturan Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2001 tentang yayasan. Undang-undang tersebut menetapkan bahwa semua yayasan yang ada di Indonesia harus menyesuaikan struktur organisasinya dengan undang-undang yayasan dan wajib mematuhi segala ketentuan yang berlaku, yakni suatu yayasan harus mempunyai tiga unsur, yaitu pembina, pengurus, dan pengawas. Karena itu, dalam MTA juga memiliki pembina sebagai seorang yang memberi saran terkait kemajuan organisasi. Detailnya sebagaimana bagan di bawah ini:

         Keseluruhan struktur organisasi MTA Pusat Surakarta terdiri dari dua bagian
yakni pengurus inti dan pengurus bidang. Pengurus inti terdiri dari: pembina, pengurus, dan pengawas. Pembina adalah orang perseorangan sebagai pendiri yayasan atau orang yang berdasarkan keputusan rapat anggota dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Tugas dan wewenang pembina adalah memutuskan mengenai perubahan anggaran dasar, mengangkat dan menghentikan pengurus dan pengawas, menetapkan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan, mengesahkan program kerja dan rancangan tahunan yayasan menetapkan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan, mengesahkan laporan tahunan. Sementara itu pengurus adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan bersalah dalam mengurusi yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan masyarakat, dan negara berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal putusan berkekuatan hukum tetap. Pengurus terdiri: ketua umum,
ketua sekretaris umum, sekretaris, bendahara umum dan bendahara. Tugas dan wewenang pe
ngurus adalah bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan
yayasan menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan untuk disahkan pembina, memberikan penjelasan tentang segala hal yangditanyakan pengawas, bertanggung jawab penuh menjalankan tugasnya dengan mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku,berhak mewakili yayasan baik didalam maupun diluar pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian, pengurus berwenang mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegi
atan yayasan berdasarkan keputusan rapat pengurus. Selain itu juga ada pengawas yang bertugas melakukan pengawasandan memberikan nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Pengawas terdiri dari dua orang. Tugas dan wewenang adalah bertanggung jawab penuh menjalankan tugas pengawasan untuk kepentingan yayasan, ketua
pengawas dan satu anggota pengawas berwenang bertindak untuk dan atas pengawas, memberhentikan untuk sementara satu orang atau lebih pengurus apabila pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan anggaran atau perundang-undangan yang berlaku.
Selain struktur kepengurusan yang memiliki banyak kesamaan dengan organisasi pada umumnya, struktur kelembagaan MTA juga terstruktur, sebagaimana di bawah ini:

      Kepengurusan MTA Pusat Surakarta pada tahun 1999-2014 adalah se
bagai                      
berikut:
Pembina                          : Al Ustadz Drs.Ahmad Sukina
Pengurus
Ketua Umum  : Suharto, S.Ag
Ketua                              : Dahlan Harjotaruno
Sekretaris Umum           : Drs.Yoyok Mugiyatno,M.Si
Sekretaris                       : Drs.Medi
Bendahara Umum         : Mansyuri Masyuri

Pusat Perwakilan Cabang
Bendahara  : Sri Sadono
Pengawas
Ketua         : Sardjiman
Wakil      : Drs.Heru Siswanto.
Dalam tubuh organisasi MTA terdapat tujuh bidang kerja. Bidang-bidang tersebut adalah:
1.Bidang Dakwah
Bidang ini bertugas dalam penyiaran agama seperti kegiatan pengajian, pembangunan gedung pengajian serta pengembangan dakwah.
2.Bidang Pendidikan
Bidang ini bertugas menyelenggarakan pendidikan formal dan non forma
dalam usaha membina kepribadian, kemampuan warga MTA.
3.Bidang Sosial
Bidang ini bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan sosial kemanusiaan yang diwujudkan dalam bentuk pemberian santunan kepada fakir miskin, korban bencana alam, kegiatan donor darah dan kegiatan-kegiatan sosiallainnya.
4.Bidang Kepemudaan dan Olahraga
Bidang ini bertugas melakukan pembinaan terhadap generasi muda MTA seperti melaksanakan pengajian khusus generasi muda, menyelenggarakan kegiatan olahraga dalam usaha meningkatkan kesehatan. Bidang kepemudaan dan olahraga juga mengurusi masalah kes atgasan untuk keamanan dan memperlancar kegiatan yang diselenggarakan MTA.
5.Bidang Rumah Tangga
Bidang ini mengurusi jadwal kegiatan pembina yayasan, mengurusimasalah-masalah yang berkaitan dengan operasional majlis di MTAPusat, kebersihan lingkungan, listrik, airserta sarana prasarana majlis.
6.Bidang KBIH
Bidang ini merupakan bidang yang dimiliki MTA yang dibentuk pada tahun 2005 yang mengurusi masalah penyelenggaraan ibadah haji. Mulai dari pendaftaran, pengecekan persyaratan, tes kesehatan, manasik haji sampai pemberangkatan dan pemulangan jama’ah haji.
7.Bidang Ekonomi dan Kesehatan
Bidang ini bertugas memberdayakan potensi ekonomi di lingkunganMTA dengan pendirian dan pengembangan koperasi dan usaha lainya seperti UB Usaha Bersama), BP/RB (Balai Pengobatan/ Rumah Bersalin), KSU
(Koperasi Serba Usaha). Pada awalnya bidang ekonomi dan bidang kesehatan merupakan
bidang terpisah. Sejak tahun 2003 bidang-bidang tersebut digabung menjadi satu di bawah naungan “CV Al Abrar”. Mengenai pola rekruitmen dilakukan menurut kesanggupan calon pengurus untuk diangkat menjadi pengurus. Untuk pengangkatan pengurus dicari orang yang mau dan sanggup menjadi pengurus. Hal yang dipentingkan adalah kesangugupan untuk mencurahkan waktunya menjadi pengurus. Rekruitmen pengurus tidak dihargai berupa materi. Semua dilakukan untuk dakwah sehingga pengurus tingkat pusat sampai kecabang tidak menerima gaji. Pengembangan SDM untuk para pengurus dilakukan melalui diklat. Misalnya penataran kesekretariatan, yaitu pemberian pengarahan tentang menejemen a
dministrasi bagi para sekretaris, tutorial bagi para guru daerah setiap dua minggu sekali, training kepemimpinan bagi ketua cabang, misalnya pelatihan tentang pengambilan
kebijakan di cabang, menejemen kepemimpinan, dan lain sebagainy
a. Kepengurusan MTA dari tingkat pusathingga pusat cabang bersifat fleksibel, jangka waktunya tidak dibatasi, kecuali bila ada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pengurus, karenamengundurkan diri, dan alasan yang di benarkan dalam agama. Melalui sifat yang fleksibel tersebut, pengurus yang masih mampu melaksanakan tugas kepengurusan tetap menjadi pengurus sampai waktu yang tidak ditentukan. Berdasarkan struktur yang ada MTA Pusat berada di daerah perintisan atau pendiriannya, yaitu Surakarta, Jawa Tengah. MTAPerwakilan berada di daerah kabupaten atau kota dan MTA Cabang berada di daerah kacamatan[1]

4.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MTA

A.KELEBIHAN
1.MTA mengembangkan ijtihad. Sehingga kemajuannya tidak keluar dari Islam. MTA tidak menjadi sekuler, namun juga tidak kembali kepada Islam yang tradisional.
2. MTA menjadi unggul karena memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpikiran maju. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan warga MTA di berbagai sektor dan menguasai berbagai bidang.
3. kekuatan MTA adalah bersumber dari sistem organisasinya yang telah dirancang sebagai satu sistem dan tidak terpisah baik dari tingkat pusat hingga ranting. Jadi dari manapun, dari Sabang hingga Merauke, MTA sebagai satu sistem. Tidak ada dari satu sistem pun yang memisah.
4. MTA menjadi unggul karena paham Islam yang diajarkan oleh MTA bersifat amaliyah, dan amaliyah yang diterapkan MTA adalah amaliyah yang berkemajuan.
5. MTA dalam menjalankan gerakan dakwahnya adalah berbuat untuk kepentingan bangsa dan negara. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya berbagai macam di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, serta lembaga lain dengan maksud untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang berkemajuan dan unggul.
B.KEKURANGAN
 1.Cenderung Birokratis
       Organisasi yang tumbuh semakin besar membuat MTA cenderung birokratis dan lamban dalam menghadapi persoalan-persoalan yang berkembang dalam masyarakat, terutama dalam menyikapai masalah-masalah social baru, seperti isu-isu pelanggaran hak asasi manusi, kemiskinan structural, dampak buruk globalisasi, perdagangan manusia, pengrusakan alam dan lingkungan, korupsi dan kejahatan kerah putih, dan masalah-masalah demoralisasi yang meluas dalam kehidupan bangsa.
          4. Kurang Merakyat
        Organisasi MTA yang demikian besar juga dinilai masih belum secara optimal menyentuh persoalan-persoalan masyarakat di akar rumput terutama yang mengalami marjinalisasi seperti buruh, petani, nlayan, dan kaum dhu’afa serta mustadh’afin (tertindas) lainnya, sehingga menimbulkan kesan gerakan Islam ini hanya  bergerak di lingkungan atas perkotaan.
         5. Melemahnya komitmen kader
        Kecenderungan melemahnya komitmen ideologis pada sebagian anggota, kader dan pimpinan sehingga kurang atau tidak memberikan kontribusi besar atau optimal bagi kemajuan persyarikatan.

                

CORAK PEMIKIRAN

          Dalam ajarannya MTA berusaha keras mengikis tahayul, bid’ah dan khurafat yang menurut mereka masih banyak berkembang di masyarakat seperti, kenduren, nyadran, pergi ke dukun, dll. Hal itu terbukti dengan masih banyaknya Islam yang menyimpan jimat, rajah dan sejenisnya. Sebagian anggota masyarakat secara sukarela menyerahkan jimat yang mereka miliki saat mengikuti Pengajian Ahad Pagi di kantor pusat MTA.Untuk menyikapi budaya lokal yang berkembang di masyarakat, MTA memiliki tiga pendekatan. Pertama, budaya lokal yang bisa sejalan dengan Al-Quran dan Sunah akan biarkan. Kedua, kalau budaya itu perlu diluruskan maka akan diluruskan. Ketiga, budaya lokal yang berlawanan dengan ajaran Islam maka harus ditolak sama sekali. Contohnya halal bi halal, walaupun tidak dicontohkan dalam Islam namun berdasarkan penelaahan dan kajian MTA itu tidak mengandung kemusyrikan, maka dibiarkan saja. Namun kalau itu sudah memuja orang maka akan ditolak, contohnya seperti tradisi keraton yang harus minta maaf sampai mencium kaki.
Adapun paham-paham yang di anut
Berikut beberapa faham MTA :
1.      Menolak semua hadist dhaif secara mutlak.
2.      Mengharamkan maulidan, yasdinan dan tahlilan.
3.      Mengharamkan walimah kematian 7 hari, 40 hari, 100 hari, dll.
4.      Memahami hadist dan Al-qur’andengan pemahaman pribadinya sehingga banyak sekali hukum yang dicetuskan secara ngawur.
5.      Tidak percaya adanya ilmu santet dan tenung (sihir).
6.      Menghalalkan anjing dan memperbolehkan memakannya, meski akhir-akhir lebih   melunak karena mendapat kritikan hebat.
7.      Memperbolehkan zakat diberikan orang kafir.
8.      Mengharamkan adzan dan iqamah saat bayi dilahirkan5



                                                    KESIMPULAN

Hampir semua ormas Islam yang muncul di dunia Islam dilatarbelakangi oleh faktor kebutuhan yang mendesak dalam bidang keagamaan. Di antaranya adalah adanya penyimpangan yang dilakukan oleh umat Islam sendiri dari agama yang lurus (Islam) maupun serangan dari pihak luar yang berusaha mencemari pemikiran umat Islam dengan akidah-akidah sesat serta budaya yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Keterbelakangan umat Islam inilah yang mendorong para tokoh Muslim membentuk organisasi untuk menghimpun kekuatan demi mengembalikan umat Islam ke jalan yang lurus sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah.







                                                               
DAFTRAR PUSTAKA



http://eprints.walisongo.ac.id/3874/3/104111038_Bab2.pdf



4 http://digilib.uinsby.ac.id/14118/5/Bab%202.pdf