BY : AZRIN
MAJELIS TAFSIR AL QURAN
Pendirian dan Kedudukan
Yayasan
Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Surakarta adalah sebuah lembaga
pendidikan dan dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA
didirikan oleh Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tanggal 19 September 1972.
Latar Belakang Pendirian
Ustadz Abdullah Thufail Saputra, seorang
mubaligh yang karena profesinya sebagai pedagang mendapat kesempatan
untuk berkeliling hampir ke seluruh Indonesia (kecuali Irian Jaya) dan
melihat bahwa kondisi umat Islam di Indonesia tertinggal karena umat
Islam di Indonesia kurang memahami Al-Qur’an.
Oleh karena itu, sesuai dengan ucapan Imam Malik bahwa umat Islam tidak akan dapat menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan umat Islam baik pada awalnya, yaitu Al-Qur’an.
Ustadz Abdullah Thufail Saputra yakin bahwa umat Islam Indonesia hanya
akan dapat melakukan emansipasi apabila umat Islam Indonesia mau kembali
ke Al-Qur’an. Demikianlah, maka Ustadz Abdullah Thufail Saputra pun
mendirikan MTA sebagai rintisan untuk mengajak umat Islam kembali ke
Al-Qur’an.
TUJUAN
Tujuan didirikannya MTA adalah untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam bidang sosial dan keagamaan,
seperti penyelenggaraan pendidikan formal dan non-formal dan
penyelenggaraan berbagai kegiatan pengajian dan pendirian lembaga
pendidikan keagamaan yang terkait. Tujuan tersebut dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an dengan tekanan pada
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari.
BADAN HUKUM
Sebagai lembaga dakwah yang independen
MTA tidak ingin menjadi underbouw dari organisasi massa atau organisasi
politik manapun. Bahkan MTA tidak menghendaki berubah menjadi organisasi
massa atau organisasi politik.
Namun MTA juga tidak ingin menjadi
lembaga yang bersifat ilegal. Untuk itu secara resmi, MTA didaftarkan
sebagai lembaga berbadan hukum dalam bentuk yayasan dengan akta notaris
R. Soegondo Notodisoerjo Notaris di Surakarta nomor 23 tahun 1974.
Kemudian untuk memenuhi ketentuan dalam
Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2004 tentang yayasan, MTA didaftarkan
kembali sebagai yayasan dengan akta notaris Budi Yojantiningrum, SH,
Notaris di Karanganyar, nomor 01 tanggal 6 September 2006, dan disahkan
oleh Menkum dan HAM dengan Keputusan Menteri No. C-2510.HT.01.02.TH
2006, yang ditetapkan tanggal 03 November 2006 dan tercatat dalam Berita
Negara Tanggal 27 Februari 2007, No. 17.
Kemudian susunan pengurus diubah lagi
dengan Akta Perubahan Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an Surakarta nomor
02, tanggal 08 Februari 2011, dibuat oleh Sri indriyani, S.H., Notaris
di Boyolali.
STRUKTUR LEMBAGA
Struktur MTA sebagai lembaga terdiri
atas pusat, perwakilan, dan cabang. MTA pusat berkedudukan di Surakarta.
Perwakilan MTA berkedudukan di tingkat kota/kabupaten. Cabang MTA
berkedudukan di tingkat kecamatan. Dengan diresmikannya 109 perwakilan
dan cabang pada Silatnas 27 Desember 2015, maka jumlah perwakilan dan
cabang menjadi 539 tersebar dari Aceh hingga Merauke.
KEGIATAN
1. Pengajian
Sesuai dengan tujuan pendirian MTA,
yaitu untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an, kegiatan utama di
MTA berupa pengajian Al-Qur’an. Pengajian Al-Qur’an ini dilakukan dalam
berbagai pengajian yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengajian
khusus dan pengajian umum.
A. Pengajian khusus
Pengajian khusus adalah pengajian yang
siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah peserta) terdaftar dan
setiap masuk dicatat kehadirannya (tertib presensi). Pengajian khusus
ini diselenggarakan seminggu sekali, baik di pusat maupun di
perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang, dengan guru pengajar yang
dikirim dari pusat atau yang disetujui oleh pusat.
Di
perwakilan-perwakilan atau cabang-cabang yang tidak memungkinkan
dijangkau satu minggu sekali, kecuali dengan waktu yang lama dan tenaga
serta biaya yang besar, pengajian yang diisi oleh pengajar dari pusat
diselenggarakan satu bulan sekali, bahkan ada yang diselenggarakan satu
semester sekali.
Perwakilan-perwakilan dan cabangcabang
yang jauh dari Surakarta ini menyelenggarakan pengajian seminggu sekali
sendiri-sendiri. Konsultasi ke pusat dilakukan setiap saat melalui media
komunikasi yang ada. Materi yang diberikan dalam pengajian khusus ini
adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan
oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik karya ulama-ulama
Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang lain, baik
karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi.
Proses belajar mengajar dalam pengajian
khusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan tanya jawab. Guru
pengajar menyajikan materi yang dibawakannya kemudian diikuti dengan
pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Dengan tanya jawab ini pokok bahasan
dapat berkembang ke berbagai hal yang dipandang perlu. Dari sinilah,
kajian tafsir Al-Qur’an dapat berkembang ke kajian aqidah, kajian
syareat, kajian akhlak, kajian tarikh, dan kajian masalahmasalah aktual
sehari-hari.
Dengan demikian, meskipun materi pokok
dalam pengajian khusus ini adalah tafsir AlQur’an, tidak berarti
cabang-cabang ilmu agama yang lain tidak disinggung. Bahkan, sering kali
kajian tafsir hanya disajikan sekali dalam satu bulan dan apabila
dipandang perlu kajian tafsir untuk sementara dapat diganti dengan
kajian-kajian masalah-masalah lain yang mendesak untuk segera diketahui
oleh siswa.
Di samping itu, pengkajian tafsir
Al-Qur’an yang dilakukan di MTA secara otomatis mencakup pengkajian
Hadits karena ketika pembahasan berkembangan ke masalah-masalah lain mau
tidak mau harus merujuk Hadits. Dari itu semua dapat dilihat bahwa yang
dilakukan di MTA bukanlah menafsirkan Al-Qur’an, melainkan mengkaji
kitab-kitab tafsir yang ada dalam rangka pemahaman Al-Qur’an agar dapat
dihayati dan selanjutnya diamalkan.
B. Pengajian Umum
Pengajian umum adalah pengajian yang dibuka untuk umum, siswanya
tidak terdaftar dan tidak dicatat kehadirannya (tidak ada tertib
presensinya).Materi pengajian lebih ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalam pengamalan agama sehari-hari. Pengajian umum ini diselenggarakan satu minggu sekali pada hari Minggu pagi (Pengajian Umum Ahad Pagi), bertempat di Gedung MTA Jl. Ronggowarsito No. 111 A Surakarta yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 8 Maret 2009.
Setiap minggu tidak kurang 7000 orang dari berbagai penjuru hadir mengikuti Jihad Pagi dengan tertib. Tokoh-tokoh nasional yang pernah hadir mengisi Pengajian Ahad Pagi dan bersilaturahim di MTA adalah :
- 1. Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, M.A. (Wamen Agama RI. Kabinet Indonesia Bersatu)
- 2. Dr. (HC) HM. Hatta Rajasa. (Menko Ekuin. Kabinet Indonesia Bersatu)
- 3. Dr. (HC) Dahlan Iskan (Menteri BUMN. Kabinet Indonesia Bersatu)
- 4. Ir.H.Azwar Abubakar MM (Menpan & RB. Kabinet Indonesia Bersatu)
- 5. H. Marzuki Alie, SE.MM (Ketua DPR. Periode 2009-2014)
- 6. KH. Ahmad Cholil Ridwan, LC. (MUI Pusat. Periode 2010-2015)
- 7. Irjen Pol (purn) Dr. H. Anton Tabah (MUI Pusat 2010-2015)
- 8. KH. Muhyiddin Junaidi, LC, MA (MUI Pusat 2010-2015)
- 9. KH. Syuhada Bahri, LC (MUI Pusat 2010-2015)
- 10. Prof. Dr. KH. Muhammad Amin Suma, SH, MM, MA (MUI Pusat 2010-2015)
- 11. Dr. Amrulah Ahmad (MUI Pusat. 2010-2015)
- 12. Dr. Amisyah Tambunan, MA (MUI Pusat 2010-2015)
- 13. Prof. Dr. H. M. Amin Rais (Tokoh Ulama)
- 14. Drs. H. Slamet Effendy Yusuf, Msi (Tokoh Ulama)
- 15. Dr. Mohammad Syafei Antonio (Tokoh Ulama)
- 16. Mahendradata, SH, MA, MH, PhD (TPM Pusat)
Kegiatan pengajian baik pengajian, khusus atau pengajian umum dilengkapi dengan sarana perpusatakaan yang sangat lengkap di Gedung Pusat Jl. Ronggowarsito 111 A Surakarta yang berisi kitab-kitab Tafsir dari berbagai ulama tafsir dunia dan kitab-kitab hadits dari berbagai ulama hadits ternama serta kitab-kitab lainnya baik hardcopy ataupun softcopy.
2. Pendidikan
Pengamalan Al-Qur’an membawa ke
pembentukan kehidupan bersama berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Kehidupan bersama ini menuntut adanya berbagai kegiatan yang terlembaga
untuk memenuhi kebutuhan anggota.
Salah satu kegiatan terlembaga yang
dibutuhkan oleh anggota adalah pendidikan yang diselenggarakan
berdasarkan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itulah, di samping
pengajian, MTA juga menyelenggarakan pendidikan, baik formal maupun
non-formal.
A. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yang telah
diselenggarakan terdiri atas TK, SD, SMP. dan SMA. Tujuan dari
penyelenggaraan pendidikan formal ini adalah untuk menyiapkan generasi
penerus yang cerdas dan berakhlak mulia.
Oleh karena itu, di samping memperoleh
pengetahuan umum berdasar kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh
Kementrian Pendidikan Nasional, pendidikan formal juga memperoleh
pelajaran diniyah.
Di samping diberi pelajaran diniyah,
untuk mencapai tujuan tersebut siswa SMP dan SMA juga diberi bimbingan
dalam beribadah dan bermu’amalah. Untuk itu, para siswa SMP dan SMA yang
memerlukan asrama diwajibkan tinggal di asrama yang disediakan oleh
sekolah.
Dengan tinggal di asrama yang dikelola
oleh sekolah dan yayasan, siswa SMP dan SMA dapat dibimbing dan diawasi
agar dapat mengamalkan pejaran diniyah dengan baik. Alhamdulillah,
sampai pada saat ini, baik SMP maupun SMA berhasil meraih prestasi
akademis yang cukup menggembirakan.
Oleh karena prestasinya itu, SMA MTA
masuk ke dalam daftar lima puluh SMA Islam unggulan se-Indonesia. Di
samping itu, siswasiswa yang melakukan kenakalan yang umum dilakukan
oleh remaja-remaja dapat dideteksi dan selanjutnya dibimbing semaksimal
mungkin untuk menghentikan kenakalan-kenakalannya.
B. Pendidikan non-formal
Pendidikan non-formal diselenggarakan
oleh MTA untuk memberi bekal siswa/peserta MTA berupa pengetahuan dan
ketrampilan yang diperlukan. Adapun pendidikan non-formal yang
diselenggarakan oleh MTA antara lain TPA, PAUD, Lembaga Pendidikat
Tahsin (LPT).
Disamping itu, berbagai kursus
insidental sering diselenggarakan oleh MTA Pusat, misalnya kursus
kepenulisan, kewartawanan dan kursus bahasa.
3. Kegiatan Sosial
Kehidupan bersama yang dijalin di MTA tidak hanya bermanfaat untuk
warga MTA sendiri, melainkan juga untuk masyarakat pada umumnya.Dengan kebersamaan yang kokoh, berbagai amal sosial dapat dilakukan. Amal sosial tersebut antara lain adalah donor darah, kerja bakti bersama dengan Pemda dan TNI, pemberian santunan berupa sembako, pakaian, dan obat-obatan kepada umat Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang sedang tertimpa musibah, dan sebagainya.
Donor darah, begitu juga kerja bakti bersama Pemda dan TNI, sudah mentradisi di MTA, baik di pusat mau pun di perwakilan dan cabang. Secara rutin tiga bulan sekali MTA, baik pusat maupun perwakilan, menyelenggarakan donor darah. Kini MTA memiliki tidak kurang dari 7.000 pedonor yang setiap saat dapat diambil darahnya bagi yang mendapat kesulitan untuk memperoleh darah dari keluarganya atau dari orang lain.
Selain itu, MTA aktif berpartisipasi membantu korban konflik dan bencana. Pada beberapa konflik sara dan politik di Solo, MTA menjadi dapur umum bagi korban konflik. Pada konflik sara di Ambon, MTA mengirim bantuan ke Ambon dan Tual. Pada berbagai bencana alam, MTA aktif berpartisipasi dengan mendirikan posko dan mengirim bantuan. Pada waktu terjadi banjir di Karawang, Pati, Gresik, Purworejo, Purwodadi, Kudus dan lokasi lain MTA mengirimkan bantuan makanan, obat-obatan, dan pakaian.
Pada waktu gempa dan tsunami di Aceh, MTA mendirikan Posko selama dua bulan. Begitu pula ketika terjadi gempa di DIY, Takengon Aceh, Padang. tanah longsor di Banjarnegara, letusan Gunung Merapi, MTA mengirim Tim SAR.
Kegiatan lain yang perlu dikemukakan adalah kegiatan penyembelihan hewan qurban pada hari raya Iedul Adha Kegiatan ini adalah kegiatan ibadah, namun memiliki dimensi sosial yang besar karena hewan qurban yang disembelih di MTA mencapai ribuan.
Pada hari raya Iedul Adha tahun 2015 mencapai 1205 ekor sapi dan 4099 ekor kambing yang disembelih selama empat hari (hingga hari tasyrik ketiga) di pusat. Pembagian daging hewan qurban tersebut yang sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun berjalan dengan tertib dan lancar.
[caption id="attachment_7090" align="aligncenter" width="726"] Satgas MTA dan Sar MTA[/caption]
Begitu pula penyembelihan hewan qurban di perwakilan-perwakilan dan cabangcabang MTA di seluruh Indonesia bisa berjalan dengan tertib dan lancar.
Dalam memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, selama beberapa tahun terakhir, MTA membagikan sembako untuk anggota masyarakat sekitar kantor/majlis yang kurang beruntung di Kegiatan sosial yang dilakukan di seluruh perwakilan dan cabang MTA ini disebut dengan Paket Kemerdekaan.
Tujuan dari kegiatan sosial ini adalah agar pada hari kemerdekaan RI anggota masyarakat di sekitar kantor/majlis dapat merasakan kemaslahatan dari kemerdekaan. Pada Tahun 2015 ini telah dibagikan paket kemerdekaan sebanyak 15.885 Paket senilai lebih dari 1 Milyar Rupiah.
4. Kepemudaaan
Kegiatan MTA yang semakin banyak, baik
kegiatan internal MTA mau pun kegiatan eksternal seperti pemberian
bantuan kepada korban bencana, MTA membutuhkan Satuan Tugas.
Maka
pada tahun 2002, Satgas MTA dibentuk, dikukuhkan oleh Ketua MUI Prof.
Dr. HM. Din Syamsuddin, MA di alun-alun utara Kraton Surakarta. Untuk
memberikan pelatihan baris-berbaris kepada Satgas MTA, MTA bekerjasama
dengan Polresta Surakarta dan Koramil Pasarkliwon, Surakarta.
Bahkan sebagian dari Satgas MTA tersebut
kini telah lulus pelatihan Satpam yang diselenggarakan Polresta
Surakarta dan bekerja di beberapa instansi. Kegiatan rutin Satgas MTA
adalah melakukan pengamanan dan pengaturan lalu lintas dalam berbagai
pengajian akbar yang diselenggarakan oleh MTA atau MUI maupun umat Islam
yang lain.
Ketika terjadi bencana, Satgas MTA
menjadi tulang punggung relawan MTA dalam memberikan bantuan kepada
korban, seperti dalam penanganan banjir di Karawang, gempa dan tsunami
di Aceh pada tahun 2004, gempa di Yogyakarta pada tahun 2006, dan erupsi
Merapi pada tahun 2010.
Oleh karena bencana alam seolah sudah
menjadi sesuatu yang rutin di Indonesia, maka partisipasi dalam penangan
bencana ini perlu dilembagakan. Untuk itulah MTA membentuk tim SAR (Search And Rescue) yang mendapat pelatihan dari BASARNAS dan menjadi bagian dari BASARNAS.
SAR MTA inilah yang menjadi ujung tombak
partisipasi MTA dalam penangan dampak erupsi Gunung Merapi pada tahun
2010. Untuk semakin lebih menggiatkan kegiatan para pemuda MTA di
berbagai Cabang dan perwakilan di seluruh Indonesia, maka perlu diwadahi
melalui organisasi kepemudaan yang diberi nama Pemuda MTA yang
dideklarasikan pada tanggal 7 Oktober 2012 di Stadion Manahan Surakarta
yang dihadiri oleh Deputy Kemenpora Dr. Alfitra Salam, APU.
5. Ekonomi
Kehidupan bersama di MTA juga menuntut
adanya kerjasama dalam pengembangan ekonomi. Untuk itu, di MTA
diselenggarakan usaha bersama berupa simpan-pinjam. Dengan simpan-pinjam
ini, siswa atau warga MTA dapat memperoleh modal untuk mengembangkan
kehidupan ekonominya.
Di samping itu, siswa atau warga MTA
biasa tukar-menukar pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang ekonomi.
Seorang warga MTA yang belum mendapat pekerjaan atau kehilangan
pekerjaan dapat belajar pengetahuan atau ketrampilan tertentu kepada
siswa atau warga MTA yang lain sampai akhirnya dapat bekerja sendiri.
6. Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, MTA melakukan rintisan untuk dapat mendirikan sebuah rumah sakit yang diselenggarakan secara Islami.
Kini MTA telah dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan berupa Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin yang
bernama Klinik Pratama MTA. Pada tahun 2015, Klinik Pratama MTA
memperoleh penghargaan sebagai Pemenang Pertama Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama Kategori Klinik Pratama Provinsi Jawa Tengah tahun 2015.
Di samping itu, untuk memberikan
pelayanan kesehatan kepada siswa atau warga MTA dibentuk kader-kader
kesehatan dari perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang MTA yang secara
periodik mengadakan pertemuan.
7. Penerbitan, Komunikasi, dan Informasi
Penerbitan, komunikasi, dan informasi
merupakan sendi-sendi kehidupan modern, bahkan juga merupakan sendisendi
globalisasi. Untuk itu, MTA tidak mengabaikan bidang ini.
Dalam bidang penerbitan, MTA telah menerbitkan majalah bulanan dan buku-buku keagamaan serta materi pengajian yang disebut Brosur.
Dalam bidang teknologi informasi, MTA telah merambah semua media informasi :
- Media Online : website www.mta. or.id dan email : humas@mta.or.id
- Radio FM : MTAFM & Persada FM sejak tahun 2007.
- Radio Online : www.mtafm.com sejak tahun 2007
- Radio Satelit : Telkom-1 Freq 3920 MHz, S/R 3000 Pol H tahun 2010
- TV Teresterial : Ch. 52 UHF sejak tahun 2014
- TV Online : www.mtatv.net sejak tahun 2010
- TV Satelit : Telkom-1 Freq 3920 MHz, S/R 3000 Pol H tahun 2014
KERJASAMA
Sudah menjadi kebiasaan MTA dalam
mengadakan berbagai kegiatan selalu bekerjasama dengan instansi
pemerintah atau swasta terkait lembaga-lembaga tersebut antara lain
adalah sebagai berikut :
- Kerjasama Bidang Kesehatan seperti Pengobatan Gratis, Khitanan Masal, Bencana alam dengan PMI, Dinas Kesehatan, MER-C.
- Kerjasama bidang Sosial seperti TMND, Operasi POLRI, Bencana Alam dengan TNI, POLRI, BASARNAS, BNPB
- Kerjasama bidang Media Elektronik: RRI Solo, TVRI Jogja, Radio Purbowangi FM 104 MHz Gombong, Bidang Usaha KJKS air minum Kafur Radio Suara Kesuma FM 105.5 MHz Wonosobo, Radio Prima FM 90.8 MHz Cilacap, Radio Ash Shidiq FM 89.8 MHz Purwakarta, Radio Kharisma FM 91.6 MHz Pontianak.
- Kerjasama bidang Media Cetak untuk menyampaikan tulisan-tulisan materi dakwah dengan Suara Merdeka, Solopos, Joglosemar dan Jateng Pos.
- Kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam pengiriman ustadz atau da’i untuk memberikan kajian-kajian secara rutin atau isidentil seperti dengan Rumah Tahanan, Pemda atau Bupati Sukoharjo dan lain sebagainya.
- Kerjasama dengan berbagai elemen umat islam baik di Solo maupun tingkat nasional untuk acara-acara kebersamaan umat islam atau tabligh akbar seperti dengan MUI Pusat, MUI Kota Surakarta, DDII, FPI, NU, Muhammadiyah, DSKS, FUI dan sebagainya.
SUMBER DANA
Banyak yang bertanya-tanya dengan heran, darimana MTA memperoleh dana untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya?
Isu yang pernah berkembang di masyarakat
adalah bahwa MTA memperoleh dana dari luar negeri, isu lain mengatakan
bahwa MTA memperoleh dana dari orpol tertentu.
Sesungguhnya, apabila umat Islam betul-betul memahami dan menghayati agamanya, keheranan semacam itu tidak perlu muncul.
Bahwa jihad merupakan salah satu sendi
keimanan tidak ada yang meragukan, bahkan sampai ada yang mengatakan
bahwa jihad merupakan rukun Islam yang ke-enam.
Akan tetapi bahwa sesungguhnya jihad terdiri atas dua unsur, yakni jihad bi amwal dan jihad bi anfus, kurang dihayati.
Biasanya hanya jihad bi anfus saja yang banyak dikerjakan. Apabila jihad bi amwal dihayati dengan baik dan diamalkan, umat Islam tidak akan kekurangan dana untuk membiayai kegiatan-kegiatannya.
MTA membiayai seluruh kegiatannya
sendiri karena warga MTA yang ingin berpartisipasi dalam setiap kegiatan
harus berani berjihad bukan hanya bi anfus, akan tetapi juga bi amwal, karena memang demikianlah yang dicontohkan oleh Nabi SAW dan para sahabatnya
PERKEMBANGAN
Ustadz Abdullah Thufail Saputra memimpin MTA selama 20 tahun kurang 4 hari. Beliau dipanggil ke rahmatullah pada tanggal 15 September 1992.Ketika beliau meninggal, MTA sudah tersebar ke seluruh wilayah di Karesidenan Surakarta (sekarang Solo Raya) dan Semarang, bahkan sudah tersebar sampai di Lombok Barat, Jawa Timur, DIY, Bandung, dan Jakarta.
[caption id="attachment_6946" align="aligncenter" width="569"] SILATNAS 2015- Pimpinan Pusat MTA, Al Ustadz Dsr Ahmad Sukina berfoto bersama dengan tamu undangan dan pengurus cabang dan perwakilan, di sela-sela acara Silatnas MTA 2015 di Gelora Bung Karno Jakarta, Ahad (27/1/2015).[/caption]
Sepeninggal Ustadz Abdullah Thufail Saputra, MTA dipimpin Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina yang dipilih secara aklamasi oleh warga MTA. Dalam kepemimpinan Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina, MTA semakin tumbuh subur berkembang ke berbagai penjuru Nusantara.
Saat diresmikannya 109 perwakilan dan cabang pada tanggal 27 Desember 2015 ini, perwakilan dan cabang MTA berjumlah 539 tersebar mulai dari Aceh hingga Merauke.
[embed]https://youtu.be/jm5FfLeWB-k[/embed]
PENUTUP
Gambaran secara singkat tentang MTA yang
dipaparkan dalam profil ini mudah-mudahan dapat memberikan gambaran
lengkap tentang MTA yang sudah berkembang pesat selama 41 tahun.
Namun yang berkehendak mengenal
MTA lebih dekat dapat hadir dalam kajian-kajian MTA di seluruh Indonesia
atau dapat langsung datang ke MTA Pusat di Jl. Ronggowarsito No. 111 A
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.
SOURCE : https://mta.or.id/sekilas-profil/
2. MTA menjadi unggul karena memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpikiran maju. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan warga MTA di berbagai sektor dan menguasai berbagai bidang.
3. kekuatan MTA adalah bersumber dari sistem organisasinya yang telah dirancang sebagai satu sistem dan tidak terpisah baik dari tingkat pusat hingga ranting. Jadi dari manapun, dari Sabang hingga Merauke, MTA sebagai satu sistem. Tidak ada dari satu sistem pun yang memisah.
4. MTA menjadi unggul karena paham Islam yang diajarkan oleh MTA bersifat amaliyah, dan amaliyah yang diterapkan MTA adalah amaliyah yang berkemajuan.
5. MTA dalam menjalankan gerakan dakwahnya adalah berbuat untuk kepentingan bangsa dan negara. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya berbagai macam di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, serta lembaga lain dengan maksud untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang berkemajuan dan unggul.
B.KEKURANGAN
SOURCE : https://mta.or.id/sekilas-profil/
Awalnya kajian MTA dilakukan di Masjid Marwah kelurahan Semanggi.
Pesertanya hanya warga di sekitar Semanggi, dan beberapa orang dari wilayah
sekitar Solo. Perkembangan MTA cukup pesat, terlihat dari berdirinya,
cabang-cabang di beberapa daerah lain, seperti di kecamatan Nogosari
(Boyolali), kecamatan Polan Harjo dan kecamatan Juwiring (Klaten), dan di
kecamatan Gemolong (Sragen). Pekembangan berikutnya penyebaran MTA dilakukan
oleh siswa-siswa yang sudah nyantri di MTA Pusat maupun di cabang-cabang.
Mereka membentuk kelompok-kelompok pengajian di daerah asalnya masing-masing
atau di perantauan. Mereka memiliki tanggung jawab dan kesadaran untuk
menyebarkan ilmu walaupun tidak diinstruksikan. Setelah menjadi besar,
kelompok-kelompok pengajian itu mengajukan permohonan ke MTA Pusat agar dikirim
guru pengajar sehingga kelompok-kelompok pengajian itu pun menjadi
cabang-cabang MTA yang baru. Dengan cara itu, tumbuh cabang-cabang baru. Ketika
di sebuah kabupaten sudah tumbuh lebih dari satu cabang dan diperlukan
koordinasi, maka dibentuklah perwakilan yang mengkoordinir cabang-cabang
tersebut yang bertanggungjawab membina kelompok-kelompok baru sehingga menjadi
cabang. MTA Pusat tidak pernah menggunakan strategi top down dalam membentuk
dan meresmikan Perwakilan dan Cabang tapi secara buttom up.7
Dalam perkembangannya MTA semakin mengukuhkan diri sebagai lembaga
dakwah dengan berbagai aktivitasnya. Aktifitas pokok MTA yaitu menyelenggarakan
kajian Islam secara rutin setiap minggu. Kegiatan tersebut dilaksanakan MTA
Pusat, Perwakilan, Cabang dan Binaan. Pengajian MTA pusat telah berlangsung
sejak tahun 1976. Pengajian tersebut dilaksanakan setiap ahad pagi bertempat di
Kemlayan, Surakarta jam 07.30-10.00 WIB. Pengajian ini biasanya diikuti warga
MTA dan juga elemen umat Islam yang berasal dari karesidenan Surakarta maupun
daerah lain. Selain menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam pengajian,
materi kajiannya diterbitkan dalam bentuk brosur ahad pagi.
MTA menanamkan pemahaman dalam diri kader, bahwa sebagai warga MTA
dan bagian dari umat Islam mereka harus istikamah dalam mengkaji, memahami dan
mengamalkan tuntunan Islam. Mereka harus mengamalkan Islam dalam level pribadi,
keluarga, masyarakat dan negara. Iman menurut MTA adalah kesatuan antara
perkataan, hati dan amal. Selain itu mereka berkewajiban pula mendakwahkan
Islam kepada masyarakat yang dikelola dalam Pengajian Binaan MTA. Warga MTA
diwajibkan membentuk kelompok belajar. Materi bahasannya yaitu mengulang pelajaran,
mempelajari brosur, dan memecahkan masalah-masalah yang ada pada anggota
kelompok dengan semangat kebersamaan dan persaudaraan Islam
ARTI
DAN LAMBANG LOGO MTA
Arti dari Lambang Majlis Tafsir Al-Qur’an
(MTA).Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an(MTA) mempunyai lambang berupa gambarkitab
yang di atasnya terdapat Qura’an Surat al-Ishra>’ ayat 9 dan di
bawahnyatertulis Qura’an Surat al-Hadid ayat 6.
Lambang tersebut memiliki arti:
1.Kitab yang berarti al-Qur’an
sebagai kitab suci yang berisi firman allah
untuk dijadikan sebagai pedoman
hidup umat Islam dalam menjalankan ajaran agama.
2.Quran Surat al-Ishra ayat 9:
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang lebih
Lurus dan memberi khabar gembira
kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besarMaka ayat tersebut adalah al-Qur’anyang diwahyukan Allah kepadaNabi
Muhammad digunakan sebagai petunjuk bagi manusia jalan yang lurus dan menjadi
sumber rujukan bagi kehidupan manusia agar terhindar dari perbuatan yang
menyimpang.
3.Qur’an Surat al-Hadid ayat 16:
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang
beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang
telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang
panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka
adalah orang-orang yang fasik.
3.STRUKTUR
ORGANISASI MTA
Struktur Organisasi Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA).Suatu struktur atau
lembaga dapat memperoleh keberhasilan dala mencapai tujuan apabila didukung
oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Mereka merencanakan mengorganisasikan
(mengatur) menggerakkan atau mengendalikan sahingga masing-masing bidang
dapatbekerja secara maksimal. Struktur Organisasi MTA Pusat Surakarta seperti
lembaga organisasi pada umumnya dengan pucuk tertinggi dijabat oleh seorang
ketua umum, lebih detailnya sebagai berikut:
Bagan 2.1; Struktur Organisasi
MTA Pusat Surakarta
Dalam struktur organisasi tersebut, kepengurusan MTA Pusat dan
perwakilan/ cabang-cabangnya terdiri atas pengurus inti dan pengurus bidang.
Pengurus inti terdiri atas ketua umum, ketua I dan II, sekretaris I dan
II, bendahara I dan II. Adapun pengurus bidang terdiri atas bidang dakwah,
bidang pendidikan, bidang sosial, bidang kepemudaan dan olahraga, bidang rumah
tangga, bidang ekonomi, dan bidang kesehatan.Menurut fungsinya, ketua umum
mempunyai tanggung jawab terhadapkeseluruhan kegiatan yayasan baik unnsur
kedalam maupun unsur keluar. Ketua I dan II mempunyai tanggung jawab membantu
tugas-tugas ketua umum apabila berhalangan atau karena sesuatu hal yang tidak
melakukan tugasnya. Sekretaris mempunyai tanggung jawab tentang masalah
administrasi secara keseluruhan. Bendahara mempunyai tanggung jawab mengelola
dana dan penyimpanan keuangan pengeluaran dan pemasukan.Kepengurusan inti MTA
Pusat Surakarta tahun 1999-2014.
Ketuaua umum
: Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina
Ketua I
: Suharto S.Ag
Ketua II
: Dahlan Harjotaruno
Sekretaris I
: Drs. Yoyok Mugiyatno,Msi
Sekretaris II
: Drs.Medi
Bendahara I : Mansyur Masyhuri
Bendahara II
: Sri Sadono
Untuk alasan perubahan peraturan,
semua organisasi yang berbentuk yayasan harus menyesuaikan dengan peraturan
Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2001 tentang yayasan. Undang-undang tersebut
menetapkan bahwa semua yayasan yang ada di Indonesia harus menyesuaikan
struktur organisasinya dengan undang-undang yayasan dan wajib mematuhi segala
ketentuan yang berlaku, yakni suatu yayasan harus mempunyai tiga unsur, yaitu
pembina, pengurus, dan pengawas. Karena itu, dalam MTA juga memiliki pembina
sebagai seorang yang memberi saran terkait kemajuan organisasi. Detailnya
sebagaimana bagan di bawah ini:
Keseluruhan
struktur organisasi MTA Pusat Surakarta terdiri dari dua bagian
yakni pengurus inti dan pengurus bidang. Pengurus inti terdiri dari:
pembina, pengurus, dan pengawas. Pembina adalah orang perseorangan sebagai
pendiri yayasan atau orang yang berdasarkan keputusan rapat anggota dinilai
mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Tugas
dan wewenang pembina adalah memutuskan mengenai perubahan anggaran dasar,
mengangkat dan menghentikan pengurus dan pengawas, menetapkan kebijakan umum
yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan, mengesahkan program kerja dan
rancangan tahunan yayasan menetapkan keputusan mengenai penggabungan atau
pembubaran yayasan, mengesahkan laporan tahunan. Sementara itu pengurus adalah
orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum dan tidak dinyatakan
bersalah dalam mengurusi yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan
masyarakat, dan negara berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu 5 tahun
terhitung sejak tanggal putusan berkekuatan hukum tetap. Pengurus terdiri:
ketua umum,
ketua sekretaris umum, sekretaris, bendahara umum dan bendahara. Tugas dan
wewenang pe
ngurus adalah bertanggung jawab penuh atas kepengurusan
yayasan untuk kepentingan
yayasan menyusun program kerja dan rancangan anggaran
tahunan yayasan untuk disahkan pembina, memberikan penjelasan tentang segala
hal yangditanyakan pengawas, bertanggung jawab penuh menjalankan tugasnya
dengan mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku,berhak mewakili yayasan baik didalam maupun
diluar pengadilan tentang segala hal dan segala kejadian, pengurus berwenang
mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegi
atan yayasan berdasarkan keputusan rapat pengurus.
Selain itu juga ada pengawas yang bertugas melakukan pengawasandan memberikan
nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Pengawas terdiri
dari dua orang. Tugas dan wewenang adalah bertanggung jawab penuh menjalankan
tugas pengawasan untuk kepentingan yayasan, ketua
pengawas dan satu anggota pengawas berwenang bertindak untuk dan atas
pengawas, memberhentikan untuk sementara satu orang atau lebih pengurus apabila
pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan anggaran atau
perundang-undangan yang berlaku.
Selain struktur kepengurusan yang memiliki banyak
kesamaan dengan organisasi pada umumnya, struktur kelembagaan MTA juga
terstruktur, sebagaimana di bawah ini:
Kepengurusan MTA Pusat Surakarta pada tahun 1999-2014 adalah se
bagai
berikut:
Pembina : Al Ustadz Drs.Ahmad
Sukina
Pengurus
Ketua Umum :
Suharto, S.Ag
Ketua : Dahlan
Harjotaruno
Sekretaris Umum : Drs.Yoyok Mugiyatno,M.Si
Sekretaris : Drs.Medi
Bendahara Umum : Mansyuri Masyuri
Pusat Perwakilan Cabang
Bendahara : Sri
Sadono
Pengawas
Ketua : Sardjiman
Wakil : Drs.Heru Siswanto.
Dalam tubuh organisasi MTA terdapat tujuh bidang
kerja. Bidang-bidang tersebut adalah:
1.Bidang Dakwah
Bidang ini bertugas dalam penyiaran agama seperti
kegiatan pengajian, pembangunan gedung pengajian serta pengembangan dakwah.
2.Bidang Pendidikan
Bidang ini bertugas menyelenggarakan pendidikan formal
dan non forma
dalam usaha membina kepribadian, kemampuan warga MTA.
3.Bidang Sosial
Bidang ini bertugas untuk menyelenggarakan kegiatan
sosial kemanusiaan yang diwujudkan dalam bentuk pemberian santunan kepada fakir
miskin, korban bencana alam, kegiatan donor darah dan kegiatan-kegiatan
sosiallainnya.
4.Bidang Kepemudaan dan Olahraga
Bidang ini bertugas melakukan pembinaan terhadap
generasi muda MTA seperti melaksanakan pengajian khusus generasi muda,
menyelenggarakan kegiatan olahraga dalam usaha meningkatkan kesehatan. Bidang
kepemudaan dan olahraga juga mengurusi masalah kes atgasan untuk keamanan dan
memperlancar kegiatan yang diselenggarakan MTA.
5.Bidang Rumah Tangga
Bidang ini mengurusi jadwal kegiatan pembina yayasan,
mengurusimasalah-masalah yang berkaitan dengan operasional majlis di MTAPusat,
kebersihan lingkungan, listrik, airserta sarana prasarana majlis.
6.Bidang KBIH
Bidang ini
merupakan bidang yang dimiliki MTA yang dibentuk pada tahun 2005 yang mengurusi
masalah penyelenggaraan ibadah haji. Mulai dari pendaftaran, pengecekan
persyaratan, tes kesehatan, manasik haji sampai pemberangkatan dan pemulangan
jama’ah haji.
7.Bidang
Ekonomi dan Kesehatan
Bidang ini
bertugas memberdayakan potensi ekonomi di lingkunganMTA dengan pendirian dan
pengembangan koperasi dan usaha lainya seperti UB Usaha Bersama), BP/RB (Balai
Pengobatan/ Rumah Bersalin), KSU
(Koperasi Serba
Usaha). Pada awalnya bidang ekonomi dan bidang kesehatan merupakan
bidang
terpisah. Sejak tahun 2003 bidang-bidang tersebut digabung menjadi satu di
bawah naungan “CV Al Abrar”. Mengenai pola rekruitmen dilakukan menurut
kesanggupan calon pengurus untuk diangkat menjadi pengurus. Untuk pengangkatan
pengurus dicari orang yang mau dan sanggup menjadi pengurus. Hal yang
dipentingkan adalah kesangugupan untuk mencurahkan waktunya menjadi pengurus.
Rekruitmen pengurus tidak dihargai berupa materi. Semua dilakukan untuk dakwah
sehingga pengurus tingkat pusat sampai kecabang tidak menerima gaji. Pengembangan
SDM untuk para pengurus dilakukan melalui diklat. Misalnya penataran
kesekretariatan, yaitu pemberian pengarahan tentang menejemen a
dministrasi
bagi para sekretaris, tutorial bagi para guru daerah setiap dua minggu sekali,
training kepemimpinan bagi ketua cabang, misalnya pelatihan tentang pengambilan
kebijakan di
cabang, menejemen kepemimpinan, dan lain sebagainy
a. Kepengurusan
MTA dari tingkat pusathingga pusat cabang bersifat fleksibel, jangka waktunya
tidak dibatasi, kecuali bila ada penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
pengurus, karenamengundurkan diri, dan alasan yang di benarkan dalam agama.
Melalui sifat yang fleksibel tersebut, pengurus yang masih mampu melaksanakan
tugas kepengurusan tetap menjadi pengurus sampai waktu yang tidak ditentukan.
Berdasarkan struktur yang ada MTA Pusat berada di daerah perintisan atau
pendiriannya, yaitu Surakarta, Jawa Tengah. MTAPerwakilan berada di daerah
kabupaten atau kota dan MTA Cabang berada di daerah kacamatan[1]
4.KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN MTA
A.KELEBIHAN
1.MTA mengembangkan
ijtihad. Sehingga kemajuannya tidak keluar dari Islam. MTA tidak menjadi
sekuler, namun juga tidak kembali kepada Islam yang tradisional.2. MTA menjadi unggul karena memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpikiran maju. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan warga MTA di berbagai sektor dan menguasai berbagai bidang.
3. kekuatan MTA adalah bersumber dari sistem organisasinya yang telah dirancang sebagai satu sistem dan tidak terpisah baik dari tingkat pusat hingga ranting. Jadi dari manapun, dari Sabang hingga Merauke, MTA sebagai satu sistem. Tidak ada dari satu sistem pun yang memisah.
4. MTA menjadi unggul karena paham Islam yang diajarkan oleh MTA bersifat amaliyah, dan amaliyah yang diterapkan MTA adalah amaliyah yang berkemajuan.
5. MTA dalam menjalankan gerakan dakwahnya adalah berbuat untuk kepentingan bangsa dan negara. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya berbagai macam di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, serta lembaga lain dengan maksud untuk membantu pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang berkemajuan dan unggul.
B.KEKURANGAN
1.Cenderung
Birokratis
Organisasi yang tumbuh semakin besar
membuat MTA cenderung birokratis dan lamban dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang berkembang dalam masyarakat, terutama dalam menyikapai
masalah-masalah social baru, seperti isu-isu pelanggaran hak asasi manusi,
kemiskinan structural, dampak buruk globalisasi, perdagangan manusia,
pengrusakan alam dan lingkungan, korupsi dan kejahatan kerah putih, dan
masalah-masalah demoralisasi yang meluas dalam kehidupan bangsa.
4. Kurang Merakyat
Organisasi MTA yang demikian besar juga
dinilai masih belum secara optimal menyentuh persoalan-persoalan masyarakat di
akar rumput terutama yang mengalami marjinalisasi seperti buruh, petani,
nlayan, dan kaum dhu’afa serta mustadh’afin (tertindas) lainnya, sehingga menimbulkan
kesan gerakan Islam ini hanya bergerak
di lingkungan atas perkotaan.
5. Melemahnya komitmen kader
Kecenderungan melemahnya komitmen
ideologis pada sebagian anggota, kader dan pimpinan sehingga kurang atau tidak
memberikan kontribusi besar atau optimal bagi kemajuan persyarikatan.
CORAK PEMIKIRAN
Dalam
ajarannya MTA berusaha keras mengikis tahayul, bid’ah dan khurafat yang menurut
mereka masih banyak berkembang di masyarakat seperti, kenduren, nyadran, pergi
ke dukun, dll. Hal itu terbukti dengan masih banyaknya Islam yang menyimpan
jimat, rajah dan sejenisnya. Sebagian anggota masyarakat secara sukarela
menyerahkan jimat yang mereka miliki saat mengikuti Pengajian Ahad Pagi di
kantor pusat MTA.Untuk menyikapi budaya lokal yang berkembang di masyarakat,
MTA memiliki tiga pendekatan. Pertama, budaya lokal yang bisa sejalan dengan
Al-Quran dan Sunah akan biarkan. Kedua, kalau budaya itu perlu diluruskan maka
akan diluruskan. Ketiga, budaya lokal yang berlawanan dengan ajaran Islam maka
harus ditolak sama sekali. Contohnya halal bi halal, walaupun tidak dicontohkan
dalam Islam namun berdasarkan penelaahan dan kajian MTA itu tidak mengandung
kemusyrikan, maka dibiarkan saja. Namun kalau itu sudah memuja orang maka akan
ditolak, contohnya seperti tradisi keraton yang harus minta maaf sampai mencium
kaki.
Adapun paham-paham yang di anut
Berikut beberapa faham MTA :
1.
Menolak semua hadist dhaif secara mutlak.
2.
Mengharamkan maulidan, yasdinan dan tahlilan.
3.
Mengharamkan walimah kematian 7 hari, 40 hari,
100 hari, dll.
4.
Memahami hadist dan Al-qur’andengan pemahaman
pribadinya sehingga banyak sekali hukum yang dicetuskan secara ngawur.
5.
Tidak percaya adanya ilmu santet dan tenung
(sihir).
6.
Menghalalkan anjing dan memperbolehkan
memakannya, meski akhir-akhir lebih melunak
karena mendapat kritikan hebat.
7.
Memperbolehkan zakat diberikan orang kafir.
8.
Mengharamkan adzan dan iqamah saat bayi
dilahirkan5
KESIMPULAN
Hampir semua
ormas Islam yang muncul di dunia Islam dilatarbelakangi oleh faktor kebutuhan
yang mendesak dalam bidang keagamaan. Di antaranya adalah adanya penyimpangan
yang dilakukan oleh umat Islam sendiri dari agama yang lurus (Islam) maupun
serangan dari pihak luar yang berusaha mencemari pemikiran umat Islam dengan
akidah-akidah sesat serta budaya yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
Islam. Keterbelakangan umat Islam inilah yang mendorong para tokoh Muslim
membentuk organisasi untuk menghimpun kekuatan demi mengembalikan umat Islam ke
jalan yang lurus sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah.
DAFTRAR
PUSTAKA
http://eprints.walisongo.ac.id/3874/3/104111038_Bab2.pdf
0 komentar:
Posting Komentar