Nabi Ayyub Alaihissalam
A.Biografi Nabi Ayyub Alaihissalam
Nabi Ayub Alaihissalam
Ayub (Ayyub) bin Amush. Garis Keturunan Nabi Adam Alaihissalam ⇒ Syits ⇒
Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Nabi Idris Alaihissalam ⇒
Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nabi Nuh Alaihissalam ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih
⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Nabi Ibrahim
Alaihissalam ⇒ Nabi Ishaq Alaihissalam ⇒ al-'Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush
⇒ Nabi Ayub Alaihissalam. Usia 120 tahun. Periode sejarah 1540 -
1420 SM. Tempat diutus (lokasi) Dataran Hauran. Jumlah keturunannya
(anak) 26 anak. Tempat wafat Dataran Hauran. Sebutan kaumnya Bangsa
Arami dan Amori, di daerah Syria dan Yordania, di Al-Quran namanya
disebutkan sebanyak 4 kali
Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Nabi Idris Alaihissalam ⇒
Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nabi Nuh Alaihissalam ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih
⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Nabi Ibrahim
Alaihissalam ⇒ Nabi Ishaq Alaihissalam ⇒ al-'Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush
⇒ Nabi Ayub Alaihissalam. Usia 120 tahun. Periode sejarah 1540 -
1420 SM. Tempat diutus (lokasi) Dataran Hauran. Jumlah keturunannya
(anak) 26 anak. Tempat wafat Dataran Hauran. Sebutan kaumnya Bangsa
Arami dan Amori, di daerah Syria dan Yordania, di Al-Quran namanya
disebutkan sebanyak 4 kali
Ayub adalah seorang nabi sangat sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa
beliau berada di puncak kesabaran. Ayub menjadi simbol kesabaran dan
cermin kesabaran atau teladan kesabaran. Allah subhanahu wa ta'ala
berfirman: "Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar.
Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)."
[QS. Shad [38]: 44]
Kisah Ayyub dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran, nama Ayyub as, disebutkan sebanyak 5 kali, yaitu :
Surat An-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 163
Surat Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 84
Surat Al-Anbiyaa' (Al-Anbiya') [21] : ayat 83 dan 84
Surat Shaad (Sad) [38] : ayat 41 dan 44
Pada Surat Al-Anbiyaa' (Al-Anbiya') [21] : ayat 83 dan 84, Firman Allah subhanahu wa ta'ala :
(Ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang". Maka Kamipun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan
mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan
bagi semua yang menyembah Allah.
Pada Surat Shaad (Sad) [38] : ayat 41-44, Firman Allah subhanahu wa ta'ala :
Ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya:
"Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan". (Allah
berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan
untuk minum". Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali)
keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula
sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
fikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah
dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati
dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya
dia amat taat (kepada Tuhan-nya).
Pada Surat An-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 163, Firman Allah subhanahu wa ta'ala :
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami
telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan
anak cucunya, 'Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan
Zabur kepada Daud.
Pada Surat Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 84, Firman Allah subhanahu wa ta'ala :
Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada keduanya
masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu
(juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya
(Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Ringkasan Kisah Ayyub Alaihissalam
Nabi Ayub Alaihissalam adalah salah seorang manusia pilihan dari
sejumlah manusia pilihan yang mulia. Allah telah menceritakan dalam
kitab-Nya dan memujinya dengan berbagai sifat yang terpuji secara umum
dan sifat sabar atas ujian secara khusus. Allah telah mengujinya dengan
anaknya, keluarganya dan hartanya, kemudian dengan tubuhnya. Allah telah
mengujinya dengan ujian yang tidak pernah ditimpakan kepada siapa pun,
tetapi ia tetap sabar dalam menunaikan perintah Allah dan terus-menerus
bertaubat kepada-Nya.
Setelah Nabi Ayub Alaihissalam menderita penyakit kronis dalam jangka
waktu yang cukup lama, dimana sahabat dan keluarganya telah
melupakannya, maka ia menyeru Rabbnya, "(Ya Rabbku), sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara
semua penyayang." (Al-Anbiya’: 83). Dikatakan kepadanya, "Hantamkanlah
kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (Shad: 42). Nabi
Ayub AS menghantamkan kakinya, maka memancarlah mata air yang dingin
karena hantaman kakinya tersebut. Dikatakan kepadanya, "Minumlah darinya
serta mandilah." Nabi Ayub AS melakukannya, maka Allah Ta'ala
menghilangkan penyakit yang menimpa bathinnya dan lahirnya.
Kemudian Allah mengembalikan kepadanya; keluarganya, hartanya, sejumlah
ni’mat serta kebaikan yang dikaruniakan kepadanya dalam jumlah yang
banyak. Dengan kesabarannya itu maka ia merupakan suri teladan bagi
orang-orang yang sabar, penghibur bagi orang-orang yang mendapat ujian
atau ditimpa musibah serta pelajaran berharga bagi orang-orang yang mau
mengambil pelajaran.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik ra dari Nabi
saw, beliau bersabda, “Sesungguhnya Nabi Ayub as diuji dengan musibah
tersebut selama delapan belas tahun, dimana keluarga dekat serta
keluarga yang jauh telah menolaknya dan mengusirnya kecuali dua orang
laki-laki dari saudara-saudaranya. Dimana keduanya telah memberinya
makan dan mengunjunginya. Kemudian pada suatu hari salah seorang dari
kedua saudaranya itu berkata kepada saudaranya yang satu, "Demi Allah,
perlu diketahui, bahwa Ayub telah melakukan suatu dosa yang belum pernah
dilakukan siapa pun di dunia ini." Sahabatnya itu bertanya, "Dosa
apakah itu?." Saudaranya tadi berkata, "Selama delapan belas tahun Allah
tidak merahmatinya, sehingga menyembuhkannya dari penyakit yang
dideritanya." Ketika keduanya mengunjungi Ayub maka salah seorang dari
kedua saudaranya itu tidak dapat menahan kesabarannya, sehingga ia
menyampaikan pembicaraan tersebut kepadanya. Ayub menjawab, "Aku tidak
mengetahui apa yang kamu berdua bicarakan, kecuali Allah Ta'ala telah
memberitahukan; bahwa aku diperintah untuk mendatangi dua orang
laki-laki yang berselisih supaya keduanya mengingat Allah. Sedang aku
akan kembali ke rumahku dan menutup diri dari keduanya, karena merasa
benci mengingat Allah, kecuali dalam kebanaran.”
Ketika Ayub sakit, maka ia menemukan kepingan uang milik istrinya yang
diperoleh dari hasil pekerjaannya melakukan sesuatu, sehingga ia
bersumpah akan mencambuknya seratus kali cambukan. Kemudian Allah
meringankannya dari Nabi Ayub dan istrinya, seraya dikatakan kepadanya:
"Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu
dan janganlah kamu melanggar sumpah." (Shad [38]: 43). Yakni melanggar
sumpahmu.
Dalam ayat di atas terdapat dalil bahwa kifarat sumpah tidak
disyari’atkan kepada seseorang sebelum syari’at kita, serta kedudukan
sumpah di hadapan mereka adalah sama dengan nazdar, yang mesti dipenuhi.
Juga dalam ayat tersebut terdapat dalil, bahwa bagi orang yang tidak
mungkin dilaksanakan hukuman had atasnya karena kondisinya yang lemah
atau alasan lainnya, hendaklah diberlakukan kepadanya hukuman yang
disebut dengan hukuman tersebut, karena tujuan dari pemberlakuan hukuman
itu ialah pemberian rasa jera, bukan perusakkan atau penghancuran.
Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Ketika Ayub pergi
menunaikan hajatnya maka istrinya memegang tangannya hingga selesai.
Suatu hari istrinya datang terlambat dan Ayub menerima wahyu,
Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum. (Shad
[38]: 42) Ketika istrinya datang dan bermaksud menemuinya, maka ia
melayangkan pandangannya dalam keadaan tertegun, dan Ayub menyambutnya
dalam rupa dimana Allah telah menyembuhkan penyakit yang dideritanya,
dan rupanya sangat tampan seperti semula. Ketika istrinya melihatnya,
seraya bertanya, "Semoga Allah memberkatimu, apakah engkau melihat nabi
Allah yang sedang diuji? Demi Allah, bahwa aku melihatnya mirip denganmu
saat ia sehat." Ayub menjawab, "Sesungguhnya aku ini adalah dia."
Ketika itu di hadapannya terdapat dua buah gundukan yaitu gundukan
gandum dan jewawut. Kemudian Allah mengirim dua buah awan, dimana ketika
salah satunya menaungi gundukan gandum, maka tercurah padanya emas
hingga penuh, sedangkan pada gundukan jewawut tercurah mata uang hingga
penuh." (HR. Abu Ya’la, 3617, yang dishahihkan al-Hakim (2/581-582) dan
Ibnu Hibban (2091) serta al-Albani dalam kitab Shahîh-nya no. 17).
Referensi
Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan
Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah,
Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta
Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto,
Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
Ibnu Katsir, Qishashul Anbiyaa', hlm 24.
Ibnu Asakir, Mukhtashar Taarikh Damasyaqa, IV/224.
ats-Tsa'labi, Qishashul Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq
Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung,
Jakarta, 2004
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran,
Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
alquran.bahagia.us, keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih
Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung,
2008.
M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
beliau berada di puncak kesabaran. Ayub menjadi simbol kesabaran dan
cermin kesabaran atau teladan kesabaran. Allah subhanahu wa ta'ala
berfirman: "Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar.
Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)."
[QS. Shad [38]: 44]
Kisah Ayyub dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran, nama Ayyub as, disebutkan sebanyak 5 kali, yaitu :
Surat An-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 163
Surat Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 84
Surat Al-Anbiyaa' (Al-Anbiya') [21] : ayat 83 dan 84
Surat Shaad (Sad) [38] : ayat 41 dan 44
Pada Surat Al-Anbiyaa' (Al-Anbiya') [21] : ayat 83 dan 84, Firman Allah subhanahu wa ta'ala :
(Ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang
Maha Penyayang di antara semua penyayang". Maka Kamipun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan
mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan
bagi semua yang menyembah Allah.
Pada Surat Shaad (Sad) [38] : ayat 41-44, Firman Allah subhanahu wa ta'ala :
Ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya:
"Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan". (Allah
berfirman): "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan
untuk minum". Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali)
keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula
sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
fikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah
dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati
dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya
dia amat taat (kepada Tuhan-nya).
Pada Surat An-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 163, Firman Allah subhanahu wa ta'ala :
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami
telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan
anak cucunya, 'Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan
Zabur kepada Daud.
Pada Surat Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 84, Firman Allah subhanahu wa ta'ala :
Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada keduanya
masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu
(juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya
(Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Ringkasan Kisah Ayyub Alaihissalam
Nabi Ayub Alaihissalam adalah salah seorang manusia pilihan dari
sejumlah manusia pilihan yang mulia. Allah telah menceritakan dalam
kitab-Nya dan memujinya dengan berbagai sifat yang terpuji secara umum
dan sifat sabar atas ujian secara khusus. Allah telah mengujinya dengan
anaknya, keluarganya dan hartanya, kemudian dengan tubuhnya. Allah telah
mengujinya dengan ujian yang tidak pernah ditimpakan kepada siapa pun,
tetapi ia tetap sabar dalam menunaikan perintah Allah dan terus-menerus
bertaubat kepada-Nya.
Setelah Nabi Ayub Alaihissalam menderita penyakit kronis dalam jangka
waktu yang cukup lama, dimana sahabat dan keluarganya telah
melupakannya, maka ia menyeru Rabbnya, "(Ya Rabbku), sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara
semua penyayang." (Al-Anbiya’: 83). Dikatakan kepadanya, "Hantamkanlah
kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (Shad: 42). Nabi
Ayub AS menghantamkan kakinya, maka memancarlah mata air yang dingin
karena hantaman kakinya tersebut. Dikatakan kepadanya, "Minumlah darinya
serta mandilah." Nabi Ayub AS melakukannya, maka Allah Ta'ala
menghilangkan penyakit yang menimpa bathinnya dan lahirnya.
Kemudian Allah mengembalikan kepadanya; keluarganya, hartanya, sejumlah
ni’mat serta kebaikan yang dikaruniakan kepadanya dalam jumlah yang
banyak. Dengan kesabarannya itu maka ia merupakan suri teladan bagi
orang-orang yang sabar, penghibur bagi orang-orang yang mendapat ujian
atau ditimpa musibah serta pelajaran berharga bagi orang-orang yang mau
mengambil pelajaran.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik ra dari Nabi
saw, beliau bersabda, “Sesungguhnya Nabi Ayub as diuji dengan musibah
tersebut selama delapan belas tahun, dimana keluarga dekat serta
keluarga yang jauh telah menolaknya dan mengusirnya kecuali dua orang
laki-laki dari saudara-saudaranya. Dimana keduanya telah memberinya
makan dan mengunjunginya. Kemudian pada suatu hari salah seorang dari
kedua saudaranya itu berkata kepada saudaranya yang satu, "Demi Allah,
perlu diketahui, bahwa Ayub telah melakukan suatu dosa yang belum pernah
dilakukan siapa pun di dunia ini." Sahabatnya itu bertanya, "Dosa
apakah itu?." Saudaranya tadi berkata, "Selama delapan belas tahun Allah
tidak merahmatinya, sehingga menyembuhkannya dari penyakit yang
dideritanya." Ketika keduanya mengunjungi Ayub maka salah seorang dari
kedua saudaranya itu tidak dapat menahan kesabarannya, sehingga ia
menyampaikan pembicaraan tersebut kepadanya. Ayub menjawab, "Aku tidak
mengetahui apa yang kamu berdua bicarakan, kecuali Allah Ta'ala telah
memberitahukan; bahwa aku diperintah untuk mendatangi dua orang
laki-laki yang berselisih supaya keduanya mengingat Allah. Sedang aku
akan kembali ke rumahku dan menutup diri dari keduanya, karena merasa
benci mengingat Allah, kecuali dalam kebanaran.”
Ketika Ayub sakit, maka ia menemukan kepingan uang milik istrinya yang
diperoleh dari hasil pekerjaannya melakukan sesuatu, sehingga ia
bersumpah akan mencambuknya seratus kali cambukan. Kemudian Allah
meringankannya dari Nabi Ayub dan istrinya, seraya dikatakan kepadanya:
"Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu
dan janganlah kamu melanggar sumpah." (Shad [38]: 43). Yakni melanggar
sumpahmu.
Dalam ayat di atas terdapat dalil bahwa kifarat sumpah tidak
disyari’atkan kepada seseorang sebelum syari’at kita, serta kedudukan
sumpah di hadapan mereka adalah sama dengan nazdar, yang mesti dipenuhi.
Juga dalam ayat tersebut terdapat dalil, bahwa bagi orang yang tidak
mungkin dilaksanakan hukuman had atasnya karena kondisinya yang lemah
atau alasan lainnya, hendaklah diberlakukan kepadanya hukuman yang
disebut dengan hukuman tersebut, karena tujuan dari pemberlakuan hukuman
itu ialah pemberian rasa jera, bukan perusakkan atau penghancuran.
Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Ketika Ayub pergi
menunaikan hajatnya maka istrinya memegang tangannya hingga selesai.
Suatu hari istrinya datang terlambat dan Ayub menerima wahyu,
Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum. (Shad
[38]: 42) Ketika istrinya datang dan bermaksud menemuinya, maka ia
melayangkan pandangannya dalam keadaan tertegun, dan Ayub menyambutnya
dalam rupa dimana Allah telah menyembuhkan penyakit yang dideritanya,
dan rupanya sangat tampan seperti semula. Ketika istrinya melihatnya,
seraya bertanya, "Semoga Allah memberkatimu, apakah engkau melihat nabi
Allah yang sedang diuji? Demi Allah, bahwa aku melihatnya mirip denganmu
saat ia sehat." Ayub menjawab, "Sesungguhnya aku ini adalah dia."
Ketika itu di hadapannya terdapat dua buah gundukan yaitu gundukan
gandum dan jewawut. Kemudian Allah mengirim dua buah awan, dimana ketika
salah satunya menaungi gundukan gandum, maka tercurah padanya emas
hingga penuh, sedangkan pada gundukan jewawut tercurah mata uang hingga
penuh." (HR. Abu Ya’la, 3617, yang dishahihkan al-Hakim (2/581-582) dan
Ibnu Hibban (2091) serta al-Albani dalam kitab Shahîh-nya no. 17).
Referensi
Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan
Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah,
Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta
Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto,
Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
Ibnu Katsir, Qishashul Anbiyaa', hlm 24.
Ibnu Asakir, Mukhtashar Taarikh Damasyaqa, IV/224.
ats-Tsa'labi, Qishashul Anbiyaa' (al-Araa'is), hlm 36.
Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq
Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung,
Jakarta, 2004
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran,
Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
alquran.bahagia.us, keislaman.com, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih
Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung,
2008.
M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
Di dalam sumber lain disebutkan keturunan nabi Ayyub berasal dari Amush bin Thawikh bin Rum bin Aish bin Ishaq .Di utus kepada bangsa kaum Rum atau Aramia (Aramic) dan Amoria Amorites di daerah Damaskusk Dan siapakah .kaum Rum????
Menurut Ibnu Katsir dalam Qishah al Anbiya mengutip pendapatnya Ibnu Ishaq,Ayyub adalah putra dari Mush bin Rawa'il dan Al Aish bin Ishaq bin Yakub berasal dari Rum*.
*Syahruddin El Fikri,situs-situs dalam Al Quran,hal.147
B.Cobaan Nabi Ayyub Alaihissalam
Di dalam Al Quran di jelaskan Nabi Ayyub Alaihissalam adalah seorang yang diutus Allah yang sangat sabar beliau disebut sebagai hamba yang paling baik ,beliau memiliki harta kekayaan yang sangat banyak namun beliau tetap bersyukur dan malah semakin taat kepada Allah.
Nabi Ayyub mendapati penyakit kulit yang busuk dan berulat-ulat dan memiliki istri yang meninggalkannya dan anak-anak yang meninggal Dunia.
Ditambah oleh Ibnu katsir , Yang mengutip pendapatnya Ibnu Asakir ,Ayyub memiliki sejumlah tanah disebutkan diseluruh Batsinah di daerah Hauran. Dan dikatakan saking sabarnya Naboi Ayyub Alaihissalam, konon ketika ada ulatyang terjatuh dari badannya ia mengambil ulat itu dan meletakkan kembali ke tempat tubuhnya dan semakin giat beribadah.*
*ibid,hal.149
Firman Allah Taala sebagai Rahmat bagi kami "untuknya atas kesabaran, ketabahan, penyerahan diri, tawadhu, dan ketenangannya." FirmanNya "Dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran ".Yaitu bagi orang-orang yang berakal bagi mereka mengetahui bahwa akibat baik kesabarannya adalah kesenangan jalan keluar dan ketentraman.
Firman Allah yang Agung kebesaranNya " Dan Ambillah dengan tanganmu seikat rumput,maka pukullah, dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah hal itu dikarenakan bahwa Ayyub pernah marah kepada Istrinya atas suatu perkara yang dilkukan istrinya.
Satu pendapat mengatakan bahwa isterinya telah menjual tali pengekangnya dengan sepotong roti untuk memeberikan makan padanya ,lalu dia mencela istrinya dan dia bersumpah bahwa jika Allah menyembuhkan niscaya dia akan memukul istrinya sebanyak seratus kali.
Pendapat lain menyatakan sebab lain, Maka ketika Allah menyembuhkan beliau tidak melakukan sumpahnya karena bakti istrinya yang begitu tinggi karena kasih sayang dan asih beliau, maka Allah memeberikan fatwa untuk mengambil seikat rumput yang berjumlah seratus helai lalu dipukullah kepada istrinyasatu kali sehingga selesailah ia menunaikannya,keluar dari sumpah dan menunaikan nadzarnya, ini termasuk pembebasan dan jalan keluar bagi orang-orang yang bertakwa dan berserah diri kepada Allah swt.*
*Tafsir Ibnu Katsir Surah Shaad 41-44
Ketika Allah telah memberikan kesehatan kepada Ayyub dab Dia menurunkan hujan belalang emas kemudian Ayyubmengambilnya dengan tangannya dan dimasukkan kedalam bajunya.Lalu dikatakan kepadanya " Hai Ayyub! Apakah engkau kenyang? Diamenjawab : "Ya Rabbku siapakah yang merasakan kenyang dari rahmatmu? " Hadits ini berasal dari AS Shahihain dan akan disebutkan kembali pada tempat yang lain.
FirmanNya " Dan kami kembalikan keluarganya keppadanya dan kami lipatgandakan bilangan mereka " Ibnu Abbas berkata "mereka dikembalikan kepadanya dengan diri mereka demikian yang di riwayatkan oleh al Aufi dari Ibnu Abbas dan pendapat lain dari Ibnu Masud dan Mujahid serta dikatakan oleh Al Hasan dan Qatadah.*
*ibid
C.Dakwah Nabi Ayyuub Pada Kaumnya
Nabi Ayyub di Utus pada kelompok-kelompok yang tinggal di Hauran dan dia hoidup ditengah;tengah kaumnya selama 70 tahun untuk menyembah Allah.
D. Adapaun Penyebutan Nama Nabi Ayyub dalam Al Quran
a.An Nisa 163
b.Al An Am 84
c.Al Anbiya 83-84
d.Shad 41-44